Balikpapan (ANTARA News Kaltim) - Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Balikpapan menerima sertifikat ISO 9001-2008 dari lembaga sertifikasi PT DQS Indonesia di kantor PDAM Balikpapan, Balikpapan, Jumat.
"Sertifikat ini kami terima untuk manajemen pengolahan air limbah di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Margasari," kata Muhammad Soufan, Direktur Utama PDAM Balikpapan.
Menurut Manajer Sales and Marketing PT DQS Indonesia Ade Warmyza yang mewakili perusahaannya menyerahkan sertifikat tersebut, PDAM Balikpapan telah menunjukkan komitmen dan perbaikan yang berkesinambungan dalam manajemen pengolahan air limbah tersebut.
"Dalam sertifikat ISO 9001-2008 komitmen memang menjadi hal yang utama. 70 persen kebehasilan dimulai dari komitmen, dalam hal ini komitmen dari top manajemen," terangnya. PT DQS berafiliasi kepada DQS yang menggunakan standardisasi industri Jerman dan memiliki 20.000 klien di seluruh dunia.
Karena komitmen tersebut, kata Warmyza, dibuat tujuan, kemudian sistem, prosedur tetap, dibuat cara kerja untuk mencapai tujuan tersebut. Sistem atau prosedur tetap itu kemudian disosialisasikan kepada bawahan sesuai dengan bidang kerjanya masing-masing.
"Ketika sistem jalan maka siapa pun yang bekerja tetap pada tujuan," papar Warmyza.
Setelah komitmen, termasuk dalam penilaian adalah perbaikan yang terus menerus dari sistem tersebut.
"Kami akan mengaudit setiap 6 bulan sekali selama 3 tahun, sesuai masa berlaku sertifikat, untuk memastikan bahwa PDAM Balikpapan ini tetap berhak atas sertifikatnya," tegas Warmyza.
Bila komitmen kendur atau tidak ada lagi perbaikan yang berkesinambungan, bisa saja sertifikat tersebut dicabut.
PDAM Balikpapan adalah satu dari 15 kabupaten kota di Indonesia yang memiliki instalasi pengolah air limbah (IPAL). Meski proyeknya pun masih proyek percontohan dan dimulai 2010, proyek ini sudah meliputi kelima kecamatan Balikpapan, yaitu Balikpapan Barat, Selatan, Timur, Tengah, dan Utara. Jumlah pelanggannya 1.372 pelanggan yang melingkupi 7.500 jiwa.
"Kami memang mengolah air limbah dari pelanggan, dari rumah atau industri, untuk kemudian diolah, dan juga kembali menjadi air baku PDAM," kata Sukono, Kepala Bagian Air Limbah.
Ada hotel dan industri kecil yang juga jadi pelanggan.
Air limbah dari pelanggan, yang disebut blackwater (yaitu air dari septic tank) dan greywater (air dari kamar mandi, tempat cuci piring, buangan mesin cuci, dan lain-lain) masuk ke dalam saluran khusus air limbah yang terpasang di rumah atau tempat usaha pelanggan, dikumpulkan di beberapa stasiun pompa, dan kemudian dikirim ke unit pengolah di Kelurahan Margasari, Balikpapan Barat.
Pemerintah Australia melalui Ausaid pernah membantu dengan memberikan dana hibah sebesar Rp1 miliar untuk 220 calon pelanggan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di Kelurahan Margasari tersebut-yang rumahnya disekitar IPAL Margasari. Dana dari Ausaid ini digunakan untuk memperbaiki kloset pelanggan sehingga bisa dipasangi pipa khusus penampung air limbah. Satu rumah tangga dianggarkan Rp5 juta.
"Jadi air limbah ini sebaliknya dari air minum. Kalau air minum masuk ke rumah atau tempat usaha pelanggan, instalasi air limbah menampung air bekas pakai atau air yang keluar dari rumah atau tempat usaha pelanggan," kata Sukono.
Sebab itu juga awalnya tak semua pelanggan mau rumah atau tempat usahanya dipasangi instalasi air limbah, bahkan yang gratis seperti di Margasari.
"Padahal retribusinya hanya Rp3.000 per bulan," kata Sukono.
Retribusi tentu itu untuk rumah tangga dan tentu saja berbeda untuk tempat usaha. (*)