Samarinda (ANTARA) - Anggota DPRD Provinsi Kalimantan Timur Rusman Ya’qub mengaku prihatin saat menyerap keluhan warga di Perumahan Bumi Citra Lestari (BCL) di Jalan Jakarta Kelurahan Loa Bakung, Kecamatan Sungai Kunjang, Kota Samarinda yang sampai saat ini belum mendapatkan fasilitas air bersih dari PDAM.
“Cukup menyedihkan jika melihat kondisi warga di perumahan BCL Loa Bakung sampai saat ini belum mendapatkan fasilitas air bersih, padahal jika melihat posisinya tidak terlalu jauh dari pusat pemerintahan, sehingga hal ini paradoks di tengah gencarnya provinsi mempersiapkan diri sebagai penyangga utama IKN,” ungkap Rusman Ya’qub usai melaksanakan reses di Samarinda, Rabu.
Dikemukakannya, perumahan ini posisinya tidak terlalu jauh dengan lingkaran pemerintahan, dalam artian tidak sampai 5 kilometer dari gedung DPRD Kaltim dan juga beberapa kantor dinas provinsi, tapi ada perumahan tidak memiliki fasilitas air bersih yang layak, tidak ada penerangan jalan akses, serta kondisi jalan komplek tidak memadai.
Lanjutnya, keluhan warga seputar air yang tak layak digunakan untuk mandi cuci kakus tentu perlu menjadi catatan khusus untuk nantinya diperjuangkan ke parlemen dan pastinya dikoordinasikan ke pemerintah daerah sebagai eksekutor.
“Saya merasa kehadiran di sini membuka hal yang betul-betul menginspirasi, bahwa ada jalan lingkungan rusak, serta jalan akses masuk tidak memadai, yang semestinya di tengah kota, apalagi ibu kota provinsi, tidak ada kondisi seperti ini,” ucap Rusman.
Dia menjelaskan, kondisi masyarakat perumahan BCL menjadi suatu keanehan di tengah provinsi ini mencapai APBD Rp17,2 triliun, sehingga ini menjadi perhatian bagi anggota legislatif, bahwa masih ada pekerjaan rumah (PR) di hadapan mata, yang sampai saat ini belum dituntaskan.
Tambahnya, perihal jalan warga perumahan BCL, ini tentu berdampak pada semua aspek aktifitas warga, karena akses jalannya tidak memadai, maka masyarakat beban hidup juga cukup tinggi, sampai untuk mendapatkan fasilitas air bersih yang layak untuk kebutuhan rumah tangga, sampai harus membeli dari luar, bahkan menggunakan galon untuk mencuci sayur, ikan, dan lainnya.
“Kemudian hal yang dikhawatirkan dengan kondisi jalan warga yang rusak tersebut, jika ada hal- hal mendesak seperti sakit atau ibu yang mau melahirkan akan kesulitan mengevakuasi secara cepat,” kata Rusman.
Sementara itu, salah seorang warga bernama Deni, mengemukakan kolam atau empang yang dijadikan tumpuan kebutuhan air masyarakat sangat jauh dari kata layak, karena pembuangan limbah juga bermuara di situ.
“Kondisi airnya keruh, kalau digunakan untuk fasilitas mandi, harus diendapkan dulu, bahkan menggunakan obat air, sehingga biaya operasional untuk air justru semakin besar, oleh karena itu kami memohon agar pemerintah memperhatikan kondisi yang dialami warga perumahan BCL,” keluh Deni. (Fan/ADV/DPRD Kaltim)