Samarinda (Antaranews Kaltim) - Yayasan Borneo Orangutan Survival melepasliarkan lima orangutan dari Program Reintroduksi Orangutan Kalimantan Timur di Samboja Lestari ke habitat alaminya di Hutan Kehje Sewen, Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur.
"Pelepasliaran ini merupakan yang KE-16 kalinya dilaksanakan oleh Yayasan BOS. Pelepasliaran ini juga menambah populasi orangutan di Kehje Sewen menjadi 91 individu," ujar CEO Yayasan BOS Jamartin Sihite di Samarinda, Senin.
Pelepasliaran setelah melalui proses rehabilitasi di Samboja Lestari oleh Yayasan BOS ini dilakukan kerja sama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Kalimantan Timur, sehingga dalam perjalanan dari Samboja ke Kutai Timur, singgah dulu di Samarinda, yakni di BKSDA Kaltim.
Ia menjelaskan bahwa sejak 2012 kawasan hutan restorasi ekosistem seluas 86.450 hektare di Kecamatan Muara Wahau, Kutai Timur ini telah menampung 86 individu orangutan hasil pelepasliaran.
Sedangkan lima individu orangutan yang dilepasliarkan kali ini terdiri dari 1 jantan yaitu Julien (7 tahun), dan 4 betina yaitu Erina (8), Cheryl (7), Nicola (13), dan Choki (7).
Kelima orangutan ini diberangkatkan dari Samboja Lestari ke titik-titik pelepasliaran di Hutan Kehje Sewen yang berjarak 20 jam perjalanan. Kelima orangutan ini dinilai telah memiliki keterampilan dan perilaku yang memenuhi syarat untuk bisa hidup mandiri di hutan.
Pelepasliaran yang rutin dilaksanakan oleh Yayasan BOS, lanjutnya, secara nyata berhasil meningkatkan populasi orangutan di alam liar, namun hal ini juga mendorong daya tampung hutan pelepasliaran mendekati batasnya.
"Survei kami di Kehje Sewen menunjukkan bahwa hutan ini sanggup menampung 150 orangutan, sementara kini populasinya mencapai 91. Kondisi ini mendorong Yayasan BOS terus mencari kawasan hutan alternatif yang memenuhi syarat untuk pelepasliaran orangutan di masa mendatang," tuturnya.
Ia mengaku akan terus mewujudkan mimpi kami untuk terus melepasliarkan orangutan yang saat ini masih direhabilitasi ke habitat alami mereka, sekaligus menjamin populasi orangutan liar di Kaltim tidak punah.
Menurutnya, masih ada ratusan orangutan di Samboja Lestari menanti dilepasliarkan, namun kapasitas hutan pelepasliaran yang saat ini ada masih kurang untuk menampung mereka.
Untuk itu, Yayasan BOS meminta dukungan masyarakat, pemerintah daerah, serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk menambah areal pelepasliaran di hutan Kaltim.
Ia mengingatkan kepada semua pihak bahwa tiap manusia sangat membutuhkan berbagai jasa lingkungan dari hutan, air, udara bersih, berbagai hasil hutan, serta iklim yang teregulasi dengan baik.
"Orangutan menjaga kualitas hutan, maka keberadaan orangutan sangat penting bagi kita. Jadi, kita semua harus bersama-sama menjaga keberadaan mereka dalam memberikan layanan ekosistem di hutan," ucap Jamartin. (*)
Lima orangutan dilepasliarkan di hutan Kutai Timur
Senin, 25 Juni 2018 20:04 WIB