Balikpapan (Antaranews Kaltim) - Dinas Kesehatan Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, memberikan vaksin difteri ke seluruh siswa di sekolah-sekolah sebagai upaya pencegahan menyebarnya penyakit difteri di daerah setempat.
"Kami mulai dari sekolah-sekolah di Kecamatan Balikpapan Barat dan Balikpapan Timur, dua kecamatan yang ditemukan pasien positif difteri," kata Kepala Dinkes Balikpapan dr Balerina ditemui di Balikpapan, Selasa.
Dari kedua kecamatan tersebut, Dinkes Balikpapan menemukan sebanyak 22 kasus positif mikroskopis atau "suspect" difteri dan tiga kasus positif kultur difteri.
Sampai pertengahan Januari 2018, terdata jumlah baru dua kasus positif difteri dan 17 kasus suspect.
Difteri adalah sejenis penyakit disebabkan kuman "corynebacterium diphteriae" yang menyerang saluran pernapasan, seperti tenggorokan dan amandel hingga dapat menyebabkan kematian.
Balerina menyebutkan, jumlah kasus positif kultur difteri saat ini tercatat tiga kasus dan 22 kasus positif mikroskopis atau suspect difteri.
"Setelah dari dua kecematan itu, baru kita pindah ke sekolah-sekolah yang ada di kecamatan lain hingga seluruh anak mendapatkan vaksinasi," jelasnya.
Vaksin untuk usia 5 dan 7 tahun juga sudah tersedia dan siap diberikan kepada anak-anak golongan usia tersebut.
"Walaupun datangnya bertahap sebab kita tidak memiliki ruang pendingin yang cukup besar untuk menyimpannya," lanjutnya.
Vaksin difteri dibagi-bagi berdasarkan usia penerimanya, mulai dari usia 1-5 tahun yang mendapatkan vaksin DPT HB Hib, usia 5-7 tahun memperoleh vaksin DT, dan usia 7-19 tahun dengan vaksin Td.
Pemerintah Kota Balikpapan menggratiskan vaksin untuk ketiga golongan usia tersebut atau usia 1-19 tahun. Selain dana anggaran dari dinkes, pemkot juga dibantu anggaran dari Kementerian Kesehatan.
Balikpapan dinyatakan mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri sejak awal Januari 2018. Pemkot Balikpapan menyediakan dana hingga Rp6 miliar untuk biaya penanggulangan kasus tersebut.
Pasien positif difteri pertama kali ditemukan di Kelurahan Marga Sari, Kecamatan Balikpapan Barat. Setelah itu juga ditemukan di Balikpapan Timur. (*)
"Kami mulai dari sekolah-sekolah di Kecamatan Balikpapan Barat dan Balikpapan Timur, dua kecamatan yang ditemukan pasien positif difteri," kata Kepala Dinkes Balikpapan dr Balerina ditemui di Balikpapan, Selasa.
Dari kedua kecamatan tersebut, Dinkes Balikpapan menemukan sebanyak 22 kasus positif mikroskopis atau "suspect" difteri dan tiga kasus positif kultur difteri.
Sampai pertengahan Januari 2018, terdata jumlah baru dua kasus positif difteri dan 17 kasus suspect.
Difteri adalah sejenis penyakit disebabkan kuman "corynebacterium diphteriae" yang menyerang saluran pernapasan, seperti tenggorokan dan amandel hingga dapat menyebabkan kematian.
Balerina menyebutkan, jumlah kasus positif kultur difteri saat ini tercatat tiga kasus dan 22 kasus positif mikroskopis atau suspect difteri.
"Setelah dari dua kecematan itu, baru kita pindah ke sekolah-sekolah yang ada di kecamatan lain hingga seluruh anak mendapatkan vaksinasi," jelasnya.
Vaksin untuk usia 5 dan 7 tahun juga sudah tersedia dan siap diberikan kepada anak-anak golongan usia tersebut.
"Walaupun datangnya bertahap sebab kita tidak memiliki ruang pendingin yang cukup besar untuk menyimpannya," lanjutnya.
Vaksin difteri dibagi-bagi berdasarkan usia penerimanya, mulai dari usia 1-5 tahun yang mendapatkan vaksin DPT HB Hib, usia 5-7 tahun memperoleh vaksin DT, dan usia 7-19 tahun dengan vaksin Td.
Pemerintah Kota Balikpapan menggratiskan vaksin untuk ketiga golongan usia tersebut atau usia 1-19 tahun. Selain dana anggaran dari dinkes, pemkot juga dibantu anggaran dari Kementerian Kesehatan.
Balikpapan dinyatakan mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri sejak awal Januari 2018. Pemkot Balikpapan menyediakan dana hingga Rp6 miliar untuk biaya penanggulangan kasus tersebut.
Pasien positif difteri pertama kali ditemukan di Kelurahan Marga Sari, Kecamatan Balikpapan Barat. Setelah itu juga ditemukan di Balikpapan Timur. (*)
Baca juga: Samarinda KLB difteri