Samarinda (ANTARA News Kaltim) - Pembangunan Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) Maloy di Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, akan dimulai pada 2012, kata Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak.
"Saat ini Tim Persiapan Percepatan Pembangunan (TP3) KIPI Maloy masih merampungkan perencanaan (master plan), Detail Engineering Design (DED) dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)," katanya di Samarinda, Jumat.
Dia melanjutkan, jika DED dan Amdal itu tuntas yang ditargetkan paling lambat akhir tahun ini, maka pada 2012 pembangunan fisik untuk pelabuhan yang diutamakan untuk mengangkut hasil perkebunan sawit berupa Crude Palm Oil (CPO) itu dapat segera dimulai.
Dalam pembangunan pelabuhan internasional itu, telah ada tujuh perusahan perkebunan besar yang sangat mendukung untuk pengembangan perkebunan sawit di kawasan Maloy.
Sebanyak tujuh perusahaan itu antara lain, PT Swakarsa, PT Astra, PT Sinar Mas, dan PT Tauladan Grup yang telah menyatakan siap membangun pabrik CPO.
Untuk membangun pabrik CPO, sejumlah perusahaan itu masih menunggu penyelesaian tangki timbun untuk penempatan CPO hasil produksi mereka, tentunya tangki timbun itu akan dikoneksikan dengan KIPI Maloy dan perusahaan di lokasi tersebut.
Lahan untuk pembangunan pelabuhan yang berlokasi di Teluk Golok Kecamatan Kaliorang, Kutai Timur (Kutim) itu dicadangkan seluas 1.000 hektare dari Pemkab Kutim.
Sedangkan untuk luasan efektif dapat digunakan dalam pembangunan KIPI Maloy hanya 500 hektare, sehingga TP3 KIPI Maloy akan memaksimalkan pemanfaatan 500 hektare lahan yang tersedia itu.
Terdapat pula lokasi lahan lain yang disiapkan untuk pengembangan KIPI Maloy, yakni seluas 4.300 hektare di lahan existing pelabuhan yang jaraknya sekira 12 km dari lokasi pertama.
Sedangkan biaya yang dibutuhkan diestimasikan akan menelan dana hingga mencapai Rp3,43 triliun dengan lama pembangunan mencapai enam tahun.
Biaya itu antara lain untuk pengadaan, pengukuran dan pematangan lahan, pembangunan infrastruktur, "service facilities", dan "support facilities". (*)