Samarinda (ANTARA Kaltim) - Satu-Satunya kota di Provinsi Kalimantan Utara yang ditetapkan sebagai patokan Indeks Harga Konsumen (IHK), yakni Tarakan, mencatat sejarah penurunan harga-harga atau deflasi pertama dalam lima tahun terakhir pada September 2016.
"Secara historis, inflasi di Tarakan bulan September 2016 merupakan yang terendah dalam lima tahun terakhir periode bulan yang sama dengan deflasi minus 0,44 persen," ucap Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi Kaltim Harry Aginta di Samarinda, Selasa.
Pada September 2016, Tarakan mengalami deflasi sebesar 0,44 persen (mtm) atau 4,56 persen (yoy), lebih rendah jika dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi 0,43 persen (mtm) atau 4,72 persen (yoy).
Berdasarkan angka tersebut, berarti tingkat inflasi Tarakan berada di bawah inflasi nasional yang sebesar 0.22 persen (mtm) atau 3,07 persen (yoy).
Secara historis, inflasi Tarakan bulan September 2016 merupakan yang terendah dalam lima tahun terakhir periode bulan yang sama.
Dilihat dari pembentuknya, kelompok administered price mengalami inflasi sebesar 0,51 persen (mtm) atau minus 1,17 persen (yoy). Sementara itu, deflasi disumbang sebagian besar oleh kelompok volatile foods minus 2,47 persen (mtm) atau 7,24 persen (yoy).
Sementara itu, tercatat inflasi kelompok inti (core) sebesar 0,20 persen (mtm) atau 5,22 persen (yoy), sehingga secara umum pergerakan inflasi ketiga kelompok tersebut menurun tajam dibandingkan periode Agustus 2016.
Komoditas yang menyumbang deflasi terutama berasal dari kelompok bahan makanan, yaitu ikan layang, bayam, bandeng, udang basah, dan ikan kembung, karena tingginya pasokan akibat kondisi cuaca yang relatif baik.
Sementara dari kelompok administered prices, inflasi disumbang oleh rokok kretek filter dan rokok putih akibat wacana kenaikan harga rokok yang mempengaruhi spekulasi konsumen.
Selain itu, komoditas dalam kelompok core menahan deflasi lebih dalam, seperti tarif pulsa ponsel, seng, baju kaos berkerah, dan sampo.
Meskipun penurunan laju inflasi 2016 terus terjadi, lanjutnya, namun tetap perlu mewaspadai beberapa risiko lonjakan harga menjelang akhir tahun, seperti kemungkinan fenomena La Nina dan kenaikan cukai harga rokok.
Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur bersama TPID Provinsi Kalimantan Utara dan TPID kabupaten/kota di Provinsi Kaltara, akan terus melakukan pemantauan terhadap perkembangan pergerakan inflasi secara khusus dan perekonomian secara umum, baik domestik maupun eksternal.
Beberapa fokus utamanya yaitu memastikan ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi pangan pokok, peningkatan kualitas infrastruktur dan sarana logistik, serta menjaga efektivitas komunikasi kepada masyarakat mengenai informasi harga pangan.
"Selain itu, Bank Indonesia secara konsisten melakukan asesmen terkait perkembangan perekonomian dan inflasi daerah terkini guna menuju sasaran inflasi akhir tahun sebesar 4+1 persen (yoy)," ujarnya.(*)
Tarakan Catat Sejarah Deflasi Dalam Lima Tahun
Selasa, 4 Oktober 2016 8:06 WIB