Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Pemerintah Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, memastikan program pengalihan atau konversi penggunaan bahan bakar minyak ke bahan bakar gas dimulai pada 2016 ini.
"Kita mulai program konversi itu dari kendaraan dinas pemkot," kata Asisten II Sekretaris Kota Balikpapan Sri Soetantinah di Balikpapan, Selasa.
Kendaraan dinas yang dimaksud termasuk juga truk-truk pengangkut sampah yang dioperasikan Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman (DKPP) Kota Balikpapan.
Menurut ini, program ini akan berjalan karena stasiun utama BBG segera selesai dibangun di dekat Bundaran Rapak, Jalan Jenderal Achmad Jani.
Penyelesaian stasiun utama itu akan membuat dua stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG), yakni di Jalan Pattimura dekat Terminal Batu Ampar dan Jalan Marsma R Iswahjudi di Gunung Bakaran, bisa difungsikan.
"Penyelesaiannya menggunakan dana dari APBN melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral," tambahnya.
Soetantinah menambahkan Pemkot Balikpapan juga terus melobi pemerintah agar mendapatkan "converter kit" yang pengadaannya ditanggung APBN dan dibagikan gratis oleh Kementerian ESDM.
Converter kit adalah perangkat yang dipasang pada kendaraan berbahan bakar minyak, sehingga bisa menggunakan bahan bakar gas.
Ia menambahkan Kementerian ESDM sudah menyiapkan 1.000 converter kit gratis kepada daerah-daerah yang�memiliki program pengalihan BBM ke BBG bagi kendaraan operasional pemerintah setempat ataupun angkutan kota.
"Kita dapat berapa, saya belum tahu," kata Soetantinah.
Setelah kendaraan-kendaraan dinas Pemkot, dimana truk sampah menjadi yang diutamakan, lanjutnya, prioritas kedua adalah mobil-mobil angkutan kota.
Menurut Soetantinah, instansinya segera mendiskusikan hal tersebut dengan Dinas Perhubungan dan Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Balikpapan.
Balikpapan memiliki tidak kurang dari 2.000 angkutan kota yang beroperasi di sembilan jurusan dan melayani tidak kurang dari 700 ribu penduduk.
Penggunaan BBG sebagai bahan bakar dipercaya dapat menekan ongkos operasional angkot dan akhirnya menurunkan tarif.
"Bila tarif angkot lebih murah lagi dibanding sekarang, lalu jurusan yang melayani ditambah, maka bisa menjadi solusi atas kepadatan dan kemacetan yang mulai timbul di Balikpapan. Orang mungkin bisa beralih kembali naik angkot," kata Adi Prasetya, warga Balikpapan Baru yang suka mencermati persoalan-persoalan kota. (*)