Tenggarong, Kaltim (ANTARA) - Sekretaris Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara (Sekda Kukar), Kalimantan Timur, Sunggono menyebut bahwa delapan misi Pemerintah RI yang dituangkan dalam Asta Cita merupakan kompas kebangkitan nasional, untuk menghadirkan perubahan yang berpihak ke rakyat.
"Asta Cita untuk membangun masa depan yang tidak hanya lebih maju, tetapi benar-benar berpihak pada rakyat, maka dalam momentum ini, menjadi penting meneguhkan kembali arah perjalanan bangsa," kata Sunggono saat peringatan Hari Kebangkitan Nasional di Tenggarong, Selasa.
Dalam Asta Cita juga ada misi membangun dari desa dan dari bawah untuk pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan, hal ini menggambarkan bahwa pemerintah melibatkan semua lapisan masyarakat, bukan hanya di perkotaan, tapi juga melibatkan masyarakat pedesaan.
“Di balik setiap kebijakan fiskal, setiap program sosial, dan setiap langkah strategis, pemerintah melibatkan semua unsur baik di kota besar maupun di pelosok desa. Semua diberdayakan dalam kemajuan bangsa,” katanya.
Sunggono mengatakan, 20 Mei ini tidak sekadar memperingati sebuah tanggal dalam kalender nasional, namun sedang membuka kembali halaman penting dari sejarah perjuangan bangsa.
Ini karena halaman yang ditulis bukan dengan tinta biasa, tetapi dengan kebangkitan kesadaran, semangat persatuan, dan keberanian menolak terjajah, sehingga 117 tahun lalu, di tengah keterbatasan dan tekanan kolonialisme, lahirlah sebuah kesadaran baru yang menyalakan api perubahan.
“Melalui pendirian Budi Utomo, bangsa ini mulai membangun keyakinan bahwa nasib tidak boleh selamanya digantungkan kepada kekuatan asing, bahwa kemajuan hanya mungkin dicapai bila kita bangkit, berdiri di atas kekuatan sendiri,” katanya.
Kebangkitan ini katanya, bukanlah sebuah peristiwa yang selesai dalam satu masa. Kebangkitan adalah ikhtiar yang terus hidup yang menuntut setiap individu tidak terjebak dalam romantisme masa lalu, tetapi menuntut keberanian untuk menjawab tantangan terkini.
Sedangkan tantangan terkini yang harus dihadapi merupakan ujian yang jauh lebih kompleks, seperti disrupsi teknologi, ketegangan geopolitik, krisis pangan global, dan ancaman terhadap kedaulatan digital.