Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) menggelar Rapat Koordinasi Teknis (Rakortek) Program Pencegahan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) tahun 2024 untuk memperkuat upaya pencegahan dan pengendalian PTM di wilayah tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, Jaya Mualimin, di Samarinda, Senin, menyatakan bahwa PTM semakin menjadi tantangan kesehatan global, termasuk di Kaltim.
"Ada sembilan PTM yang menjadi prioritas, yaitu hipertensi, jantung, diabetes melitus, obesitas, stroke, penyakit paru obstruktif kronik, kanker payudara, kanker leher rahim, dan gangguan indera fungsional," ujarnya.
Jaya Mualimin juga menyampaikan bahwa kematian akibat PTM seperti kanker, penyakit jantung, stroke, dan diabetes diperkirakan akan terus meningkat.
"Peningkatan terbesar sebesar 80 persen terjadi di daerah dengan penghasilan menengah dan miskin," katanya.
Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi PTM di Kaltim cukup tinggi. Prevalensi penyakit jantung sebesar 1,01 persen, stroke 10 persen, diabetes melitus 3,13 persen, hipertensi 11 persen, kanker 1,45 persen, dan obesitas 11,4 persen.
"Untuk prevalensi stroke, hipertensi, dan diabetes melitus, Kaltim menduduki peringkat ketiga terbesar secara nasional," ungkap Jaya.
Tingginya prevalensi PTM di Kaltim ini, menurut Jaya Mualimin, berisiko besar terhadap kualitas hidup masyarakat.
Ia berpesan agar semua harus lebih fokus untuk mengurangi faktor risiko yang ada seperti pola makan yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, serta penggunaan tembakau dan alkohol.
Rakortek P2PTM Tahun 2024 ini diharapkan dapat meningkatkan sinergi antara berbagai sektor, baik Dinas Kesehatan, rumah sakit, puskesmas, maupun mitra kerja lainnya.
"Kita bisa bersama mengatur langkah-langkah efektif dalam pencegahan dan pengendalian PTM," jelas Jaya Mualimin.
Selain itu, Rakortek juga menjadi forum untuk mendalami berbagai tantangan dalam implementasi program-program pencegahan serta mencari solusi yang lebih tepat dan efisien.
"Harapan saya, melalui rapat ini kita bisa memperkuat kolaborasi antara pemerintah daerah, tenaga kesehatan, dan masyarakat," harap Jaya Mualimin.
Ia menekankan pentingnya pemberdayaan masyarakat untuk menerapkan gaya hidup sehat. Dengan dicanangkannya program pemerintah di tahun 2025 untuk pemeriksaan kesehatan gratis bagi seluruh penduduk sesuai dengan kelompok usia sebagai bentuk deteksi dini skrining PTM dan program edukasi kesehatan.
"Program tersebut seperti pentingnya berolahraga, pola makan sehat, dan bahaya merokok, harus menjadi bagian dari upaya kita untuk bisa menurunkan prevalensi PTM dan semua pihak harus ikut terlibat dalam menciptakan perilaku yang positif," paparnya.