Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Timur (Kaltim) memprioritaskan pemenuhan tenaga kesehatan pada 48 puskesmas untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat.
"Dari 188 puskesmas di Kaltim, masih terdapat 48 puskesmas yang kekurangan sembilan jenis tenaga kesehatan esensial," kata Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim Rochmad Koesbiantoro di Samarinda, Selasa.
Sembilan jenis tenaga kesehatan yang dimaksud meliputi dokter umum, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat (kesmas), tenaga kesehatan lingkungan (kesling), ahli gizi, farmasi, dan analis laboratorium.
"Jika sembilan jenis tenaga kesehatan ini tidak ada, berarti puskesmas tersebut dianggap belum memenuhi standar ideal," jelas Rochmad.
Kekurangan tenaga kesehatan pada sejumlah puskesmas itu, lanjut Rochmad, umumnya terjadi di Daerah Terpencil Perbatasan Kepulauan (DTPK). Kondisi geografis dan infrastruktur yang terbatas menjadi kendala dalam pemerataan tenaga kesehatan di wilayah tersebut.
"Kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menambah tenaga kesehatan, baik melalui rekrutmen baru maupun penugasan khusus. Namun memang masih banyak kendala yang dihadapi, terutama di wilayah DTPK," tambahnya.
Selain itu Dinkes Kaltim juga fokus pada pemenuhan tujuh jenis dokter spesialis di rumah sakit. Ia mengatakan 16 rumah sakit milik pemerintah di Kaltim, terdapat enam rumah sakit yang belum memiliki tujuh spesialis utama,yaitu spesialis penyakit dalam, anak, bedah, kandungan, anestesi, patologi klinik, dan radiologi.
"Kami terus berupaya memenuhi kebutuhan dokter spesialis di rumah sakit, baik melalui program beasiswa maupun kerja sama dengan perguruan tinggi," ujar Rochmad.
Dia menambahkan Dinkes Kaltim juga mengupayakan peningkatan pelayanan kesehatan melalui penguatan fasilitas kesehatan, jaminan kesehatan, dan program-program kesehatan prioritas, seperti pencegahan penyakit tidak menular dan deteksi dini kanker serviks.
Terkait jaminan kesehatan, Dinkes Kaltim telah menganggarkan sekitar Rp70 miliar untuk membiayai masyarakat, khususnya yang tidak mampu. "Kami juga terus meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan, termasuk pembangunan gedung baru dan pengadaan alat kesehatan," paparnya.
Mengenai deteksi dini kanker serviks, Rochmad menekankan pentingnya pemeriksaan inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) bagi perempuan yang sudah menikah.
Rochmad mengatakan IVA merupakan metode sederhana dan murah untuk mendeteksi dini kanker serviks. Semakin banyak perempuan yang melakukan pemeriksaan IVA, semakin besar peluang untuk mencegah dan menangani kanker serviks secara dini.
Dinkes Kaltim juga menjalankan program vaksinasi Human PapillomaVirus (HPV) untuk mencegah kanker serviks. Saat ini vaksinasi HPV masih terbatas untuk anak sekolah usia 9-14 tahun.
"Ke depan kami berharap vaksinasi HPV dapat menjangkau seluruh perempuan, sehingga kanker serviks dapat dicegah secara efektif," kata Rochmad.