Ketua Pembina Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) Kalimantan Timur (Kaltim) Encek Widyani menyatakan bahwa membangun budaya baca masyarakat dapat dimaksimalkan dengan pemanfaatan teknologi digital, seperti menggencarkan sajian bacaan elektronik atau ebook.
Encek di Samarinda, Selasa, menyatakan bahwa kunci untuk meningkatkan minat baca adalah dengan menjadikan membaca sebagai bagian dari gaya hidup masyarakat.
"Pembudayaan minat baca ini lebih tepat bagaimana kita memuliakan buku. Karena kalau sudah jadi budaya, maka menjadi bagian hidup dari masyarakat," ujarnya.
Ia menyoroti pentingnya peran guru dan orang tua sebagai teladan dalam membudayakan minat baca. Contohnya Jepang, di mana budaya membaca sudah mengakar kuat sejak dini.
"Di Jepang, guru menjadi role model bagi masyarakat. Apa yang dilakukan guru, itu yang paling ditiru oleh anak didiknya. Jadi kenapa mereka maju?, Ya karena mereka membaca," jelasnya.
Di era digital ini, GPMB Kaltim mendorong pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan minat baca. Perpustakaan daerah kini dilengkapi dengan Wi-Fi dan komputer sehingga masyarakat dapat mengakses berbagai informasi secara daring.
"Gadget digunakan, tetapi kunjungan perpustakaan tetap kita motivasi. Jadi seimbang lah," kata Encek Widyani.
Meskipun demikian, ia menegaskan bahwa buku fisik tetap memiliki daya tarik tersendiri. Buku itu di manapun berada tidak tergantung sinyal dan sebagainya, masyarakat bisa membaca untuk meningkatkan pengetahuan.
Encek juga menyoroti pentingnya membaca buku fisik bagi anak-anak. "Kembalilah kepada masa kecil. Dulu ketika membaca Majalah Bobo, anak-anak hafal isinya. Itu kan berkesan karena buku," kenangnya.
GPMB Kaltim optimistis bahwa budaya baca dapat ditingkatkan dengan dukungan semua pihak, termasuk sekolah dan keluarga.
"Sekolah harus merangsang minat baca dengan kegiatan kreatif, tidak hanya terbatas pada bacaan saja," jelasnya.
Sementara itu, peran orang tua juga sangat penting dalam mengawasi penggunaan gadget pada anak.
Ia juga mengapresiasi perkembangan perpustakaan di Kaltim. Sarana dan prasarana perpustakaan terus dilengkapi. Tahun ini Perpustakaan Kaltim menggelontorkan 1.000 buku bacaan ditambah rak buku.
Ia menambahkan bahwa perpustakaan di desa/kampung juga terus berkembang. "Mereka berlomba memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat," ujarnya.
Terkait dengan konten buku, Encek mengatakan bahwa perpustakaan di Kaltim menyediakan buku-buku yang yang diperbaharui.
"Ada donasi-donasi dari beberapa perusahaan yang memberikan buku-buku bacaan terkini, selain ilmu pengetahuan juga upaya-upaya untuk meningkatkan usaha UMKM," jelasnya.
Berdasarkan pengamatan GPMB Kaltim, minat baca tertinggi saat ini terdapat pada usia mahasiswa.
"Usia mahasiswa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan membutuhkan banyak referensi untuk mendukung karya ilmiah" pungkasnya.