Samarinda (ANTARA) -
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur Jaya Mualimin menyampaikan capaian indikator untuk deteksi dini faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) dan indikator deteksi dini PTM secara mandiri di Kaltim tergolong rendah.
"Kami melihat kerjasama antar-sektor dan dukungan sumber daya yang lebih baik perlu ditingkatkan untuk mengatasi masalah PTM," ujar Jaya saat dihubungi di Samarinda, Kamis.
Upaya tersebut, menurutnya, termasuk langkah-langkah promosi kesehatan, deteksi dini, pengobatan tepat waktu, serta rehabilitasi bagi penderita.
Langkah itu dilatarbelakangi permasalahan PTM yang memerlukan upaya pengendalian sangat tinggi sehingga perlu penanganan yang memadai dan komprehensif.
"Dengan kerjasama yang kuat dan sistem pengawasan yang efektif, kita dapat mengurangi beban PTM di masyarakat," katanya.
Jaya mengungkapkan kekhawatiran terhadap peningkatan kasus penyakit tidak menular (PTM) di Benua Etam. Kekhawatiran itu merujuk data Riskesdas pada 2018, yang menunjukkan peningkatan signifikan pada kasus PTM seperti kanker, penyakit jantung, stroke, dan diabetes.
"Kami memperkirakan peningkatan kasus PTM akan terus berlanjut, dengan peningkatan terbesar sebesar 80 persen terjadi di daerah dengan penghasilan menengah dan miskin," ujarnya.
Data tersebut menunjukkan prevalensi penyakit jantung di Kalimantan Timur sebesar 1,88 persen, strok 14,7 persen, diabetes melitus (DM) 3,13 persen, hipertensi (HT) 10,57 persen, kanker 1,45 persen, dan obesitas 11,4 persen.
Kemudian, prevalensi strok yang mencapai 14,7 persen menempatkan Kalimantan Timur pada peringkat pertama tertinggi untuk kelompok umur di atas 15 tahun.
"Proporsi obesitas di provinsi itu menempati peringkat ketiga tertinggi setelah DKI Jakarta dan Sulawesi Utara. Sedangkan Prevalensi merokok di Kalimantan Timur berada pada angka yang sama dengan nasional yaitu 28,8 persen," katanya.
Peningkatan kasus PTM menjadi perhatian serius bagi pemerintah provinsi, menurutnya, mengingat dampak yang luas terhadap kesehatan masyarakat. Upaya deteksi dini dan pencegahan menjadi kunci dalam mengendalikan penyebaran penyakit itu. (Adv/Dinkes Kaltim)