Samarinda (ANTARA) - Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) Jaya Mualimin mengatakan bahwa transformasi kesehatan di daerahnya sejalan dengan visi Presiden Joko Widodo yang mengamanatkan enam pilar transformasi kesehatan nasional.
"Transformasi kesehatan ini memang seiring dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 yang baru saja disahkan bahwa seluruh provinsi harus se-visi. Salah satunya adalah transformasi di bidang daya kerja untuk seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN)," ujar Jaya di Samarinda, Senin.
Enam pilar transformasi kesehatan nasional tersebut adalah transformasi layanan kesehatan primer, transformasi rujukan, transformasi ketahanan kesehatan, transformasi pembiayaan kesehatan, transformasi sumber daya manusia (SDM) kesehatan, dan transformasi teknologi kesehatan.
Jaya Mualimin menjelaskan bahwa transformasi layanan kesehatan primer bertujuan untuk meningkatkan upaya pencegahan dan promotif kesehatan masyarakat melalui fasilitas kesehatan primer, termasuk yang dikelola oleh masyarakat seperti posyandu.
"Kewajiban kita adalah menyediakan fasilitas dasar, kemudian mengelola sumber daya fasilitas dasar ini. Termasuk pelatihan, kemudian juga meningkatkan kompetensi pada sumber daya. Termasuk juga meningkatkan mutu pelayanan dari fasilitas kesehatan dasar itu," katanya.
Sementara itu, transformasi rujukan dimaksudkan untuk memudahkan dan mendekatkan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, khususnya untuk 10 prioritas penyakit yang harus tersedia di setiap provinsi, yaitu kanker, jantung, stroke, uronefrologi, bedah saraf, bedah toraks, bedah vaskular, bedah anak, bedah plastik, dan bedah mulut.
"Di Kaltim ini sudah melakukan berbagai hal terkait dengan 10 prioritas penyakit itu. Misalnya, beberapa bulan lalu Gubernur Isran Noor sudah meresmikan layanan operasi jantung terbuka," tuturnya.
Pihaknya sudah berkolaborasi, bekerja sama dengan lima rumah sakit pusat, menjadikan layanan rumah sakit di Kaltim bisa menjadi rujukan nasional. Tidak perlu jauh-jauh ke Jakarta kalau ingin melakukan upaya dalam pelayanan kesehatan berkualitas.
Ia melanjutkan bahwa pemerintah daerah juga sudah menyediakan anggaran yang cukup untuk mendukung kegiatan transformasi kesehatan di bidang rujukan.
"Saat ini, Kaltim memiliki 59 rumah sakit, dua di antaranya sudah menjadi rumah sakit umum dengan rujukan regional dan nasional, yaitu RSUD AW Sjahranie dan RSUD Kanujoso Djatiwibowo," sebut Jaya.
Selain itu, ada juga satu rumah sakit khusus, yaitu RS Jiwa Atma Husada, yang juga masuk ke dalam kelas A. Sisanya, ada rumah sakit kelas C dan D yang tersebar di seluruh provinsi.
Jaya juga mengungkapkan bahwa transformasi ketahanan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesiapan dan kewaspadaan dalam menghadapi ancaman pandemi atau bencana.
Hal ini meliputi persiapan alat dan bahan kesehatan, termasuk obat-obatan, yang tidak bergantung pada impor dari luar negeri.
"Kemudian mempersiapkan sumber daya manusia kesehatan dan penunjang bisa diarahkan untuk melakukan semacam persiapan mitigasi jika terjadi wabah atau bencana," imbuhnya.
Untuk transformasi pembiayaan kesehatan, Jaya Mualimin mengatakan bahwa pemerintah berupaya untuk menjamin seluruh masyarakat terlindungi melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
"Kaltim termasuk juga yang sudah sangat luar biasa karena termasuk dalam kategori Universal Health Coverage (UHC), sudah tercover hampir 99 persen masyarakatnya. Memudahkan masyarakat untuk dilayani oleh fasilitas kesehatan yang ada," ucapnya.
Ia juga menyebutkan bahwa transformasi SDM kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan, terutama tenaga medis. Untuk itu, pemerintah daerah telah menyiapkan anggaran yang besar untuk memberikan beasiswa kepada mahasiswa kedokteran dan kesehatan.
"Kalau tahun ini hampir Rp1,2 triliun gelontoran Beasiswa Kaltim Tuntas. Di situ kita manfaatkan untuk para mahasiswa kedokteran dan kesehatan, termasuk untuk juga pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan, membuka seluasnya beasiswa untuk dokter-dokter spesialis. Baik mengambil subspesialis, maupun spesialisasi untuk melakukan beasiswa ini," paparnya.
Terakhir, transformasi teknologi kesehatan ditujukan untuk mengintegrasikan dan memanfaatkan perkembangan teknologi dalam pelayanan kesehatan, seperti telemedicine, digitalisasi, dan kedokteran presisi.
"Beberapa yang terkait dengan kedokteran presisi. Ini akan menambah pelayanan kesehatan di bidang teknologi yang semakin berkembang," tutup Jaya. (Adv)