Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) bersama Majelis Kesehatan PP Aisyiyah memberikan edukasi kepada warga terkait beberapa kesalahan pemberian nutrisi kepada bayi dalam mencegah stunting di Samarinda, Kalimantan Timur.
"YAICI telah melakukan kunjungan terhadap sejumlah keluarga di kelurahan Lok Bahu, yang memiliki anak yang terindikasi stunting," kata Ketua Harian YAICI Arif Hidayat di Samarinda, Jumat.
Sebelumnya, Aisyiyah bersama YAICI juga telah melakukan koordinasi dengan Puskesmas Lok Bahu guna melakukan kunjungan terhadap sejumlah keluarga dengan anak stunting.
Ia memaparkan, beberapa kesalahan nutrisi itu, mulai dari umur enam bulan sudah diberi kental manis sebagai susunya.
Kemudian ada juga dari usia tiga bulan sudah diberi bubur nasi dan pisang dengan alasan bayi tidak kenyang.
Selain itu, lingkungan yang tidak sehat juga berpengaruh terhadap stunting, seperti sanitasi dan sampah yang menumpuk.
Selain itu, lingkungan yang tidak sehat juga berpengaruh terhadap stunting, seperti sanitasi dan sampah yang menumpuk.
“Kami berharap dengan adanya edukasi ini, para kader bisa menjadi agen perubahan di masyarakat," tutur Arif.
Dirinya berharap, para kader bisa memberikan sosialisasi dan pendampingan kepada para orang tua tentang pentingnya memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama.
Berdasarkan data yang diungkapkan Kepala Puskesmas Lok Bahu dr Zulhijrian Noor. di Kelurahan Lok Bahu saat ini ada sebanyak 29 anak stunting. Namun belum bisa menentukan penyebabnya, tapi dari profil keluarganya beragam, ada yang memang ekonomi lemah tapi ada juga dari keluarga berada.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Timur Jaya Mualimin mengatakan, angka stunting di Kalimantan Timur mengalami kenaikan sebesar 23,9 persen pada 2022 dari yang sebelumnya pada 2021 sebesar 22,8 persen. Hal ini berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 dan 2022 dari Kementerian Kesehatan.
Berdasarkan data yang diungkapkan Kepala Puskesmas Lok Bahu dr Zulhijrian Noor. di Kelurahan Lok Bahu saat ini ada sebanyak 29 anak stunting. Namun belum bisa menentukan penyebabnya, tapi dari profil keluarganya beragam, ada yang memang ekonomi lemah tapi ada juga dari keluarga berada.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Timur Jaya Mualimin mengatakan, angka stunting di Kalimantan Timur mengalami kenaikan sebesar 23,9 persen pada 2022 dari yang sebelumnya pada 2021 sebesar 22,8 persen. Hal ini berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 dan 2022 dari Kementerian Kesehatan.
“Angka stunting di Kalimantan Timur ini tinggi, bahkan ada yang baru lahir sudah stunting. Ini menunjukkan bahwa ada masalah gizi pada ibu hamil ,” ucap Jaya.
Asisten III Bidang Administrasi Umum Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Timur Riza Indra Riadi yang hadir dalam pembukaan kegiatan tersebut mengapresiasi langkah yang dilakukan oleh Aisyiyah dan YAICI.
“Kemiskinan dan migrasi penduduk menjadi salah satu faktor yang memicu terjadinya stunting di Kalimantan Timur, khususnya di Samarinda,” kata Riza.