Samarinda (ANTARA) - Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID -19 Provinsi Kalimantan Timur Andi Muhammad Ishak mengungkapkan ada tiga kunci melawan penyebaran COVID-19 terutama varian baru Omicron.
"Tiga kunci itu adalah menerapkan protokol kesehatan (Prokes), memaksimalkan percepatan vaksinasi dan hindari perjalanan, terutama ke daerah yang sudah terjadi penularan COVID-19 varian Omicron," kata Andi Ishak saat dihubungi, Minggu.
Ia meminta masyarakat untuk tetap patuh menerapkan prokes dengan ketat karena hanya cara itu yang paling efektif mencegah penularan dan untuk sementara tidak berpergian ke daerah yang ada penularan Omicron.
Andi Ishak menjelaskan terkait pelaku perjalanan ke luar negeri termasuk ke Indonesia, pemerintah telah melakukan pantauan dan penanaganan dengan baik.
"Terutama melakukan karantina sesuai durasi waktu yang ditentukan 14 hari. Itu juga bisa menjaring mereka-mereka yang mungkin saja terinfeksi dengan COVID-19 varian Omicron," katanya.
Untuk bisa menentukan varian Omicron diperlukan waktu lebih lama dari virus COVID-19 sebelumnya dan tidak bisa menggunakan alat uji PCR biasa.
"Kadang-kadang indikasinya baru akan muncul menjelang akhir dari masa inkubasi dan mendeteksinya juga harus melalui genom sequence," terangnya.
Menurutnya, apabila virus Omicron bisa terjaring di pintu masuk negara, inshaallah untuk masuk ke Kaltim juga akan bisa diminimalkan.
Andi Ishak yang juga Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat Setda Provinsi Kaltim itu meminta kepada seluruh lapisan masyarakat untuk memaksimalkan diri agar tidak tertular dengan berprinsip pada prokes sebagai benteng disamping vaksinasi.
Ia mengungkapkan terkait vaksinasi untuk lansia di Kaltim terus dimaksimalkan karena sampai saat ini vaksinasi lansia belum mencapai target.
Dikemukakannya Satgas COVID-19 Kaltim juga menyiapkan sarana prasarana pelayanan kesehatan terutama di tempat-tempat karantina, termasuk rumah sakit untuk langkah antisapsi .
"Karena melihat pengalaman daerah lain Omicron ini sangat cepat penularannya meskipun dari segi keparahan belum ada penelitian lebih jauh yang menunjukkan Omicron lebih parah," kata Andi Ishak.