Samarinda (ANTARA) - Nilai Tukar Petani (NTP) subsektor perkebunan rakyat memberikan sumbangan terbesar terhadap total NTP Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) yang pada September 2021 mencapai 122,51.
"Pada September 2021 NTP Kaltim naik 1,64 persen, dari 120,87 pada Agustus menjadi 122,51 dengan andil terbesar dari subsektor tanaman perkebunan yang mencapai 156,98," ujar Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kaltim Anggoro Dwitjahyono melalui siaran YouTube, Senin.
Terdapat lima subsektor pertanian yang dihitung BPS Kaltim untuk menentukan NTP yang masing-masing memiliki nilai berbeda, yakni Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) sebesar 94,18.
Kemudian Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) sebesar 103,03, Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) mencapai 156,98, Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT) 103,84, dan Nilai Tukar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (NTNP) hanya 100,86.
Pada September 2021, lanjutnya, hanya terdapat satu subsektor yang mengalami peningkatan NTP, yakni subsektor tanaman perkebunan rakyat yang naik 4,07 persen.
Sementara empat subsektor lainnya mengalami penurunan, yaitu subsektor tanaman pangan turun 0,74 persen, subsektor hortikultura turun 1,34 persen, subsektor peternakan minus 0,54 persen, dan subsektor perikanan minus 0,64 persen.
Menurutnya, secara umum peningkatan NTP Kaltim pada September dari 220,87 menjadi 122,51, disebabkan oleh Indeks Harga yang Diterima Petani (It)
yang naik lebih tinggi ketimbang Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib).
NTP yang diperoleh dari perbandingan It terhadap Ib merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat daya beli petani di perdesaan.
"NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, maka semakin kuat pula tingkat daya beli petani," katanya.