Balikpapan (ANTARA) - Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Kalimantan Timur bersama Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) menggelar pelatihan dasar-dasar konservasi bagi masyarakat di Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kepulauan Derawan dan perairan sekitarnya.
Pelatihan berlangsung digelar di empat kampung di Kabupaten Berau, yakni Kampung Pilanjau, Buyung-Buyung, Semurut, dan Tubaan. Peserta mendapatkan materi tentang konsep kawasan konservasi, ekosistem pesisir, perikanan berkelanjutan, pariwisata berkelanjutan, serta penegakan hukum.
“Ini upaya kita semua menjaga keberlanjutan ekosistem pesisir,” kata Kepala Dinas (Kadis) Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Kalimantan Timur, Irhan Hukmaidy, Selasa.
Pelaksana Harian (Plh) Kepala UPTD KKP3K-KDPS, Didik Riyanto, menyebut pelatihan tersebut sebagai upaya meningkatkan kapasitas dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan konservasi.
Sebelumnya, untuk memperkuat peran masyarakat, Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K-KDPS) telah membentuk Kelompok Masyarakat Penggerak Konservasi (KOMPAK) di beberapa kampung. KOMPAK ditargetkan ada di 24 kampung di kawasan konservasi tersebut.
Oleh karena itu Kadis DKP Kaltim Irhan menegaskan bahwa pengetahuan konservasi menjadi kunci bagi masyarakat dalam menjaga ekosistem pesisir. "Kita perlu peran aktif masyarakat untuk mengelola sumber daya alam laut secara berkelanjutan.
"Kolaborasi berbagai pihak adalah kunci kesuksesan pengelolaan kawasan konservasi secara berkelanjutan," kata Didik.
Pada kesempatan itu juga Manajer Senior Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) Provinsi Kalimantan Timur, Niel Makinuddin, menambahkan bahwa pihaknya juga mendukung pemerintah dalam menerapkan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) untuk memastikan skema pendanaan yang berkelanjutan di kawasan ini.
Direktur Program Kelautan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), Muhammad Ilman, menekankan pentingnya pengelolaan ekologi, sosial, dan ekonomi secara seimbang. "Selain penguatan kapasitas sumber daya manusia, kami juga mendukung penerapan BLUD sebagai model pengelolaan kawasan konservasi yang efektif dan berkelanjutan," demikian Muhammad Ilman.
Kawasan konservasi yang berada di keempat kampung diketahui memiliki keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia serta menjadi salah satu pantai tempat penyu hijau bertelur terbesar di Asia Tenggara.

Kampung Pilanjau terletak di Kecamatan Sambaliung, Kabupaten Berau. Kampung ini adalah satu permukiman pesisir yang dikelilingi oleh hamparan pohon-pohon bakau (mangrove) dan perairan yang kaya akan keanekaragaman hayati. Bentang alam Pilanjau ini menjadikannya sebagai kawasan penting untuk menjaga keseimbangan ekologi di kawasan konservasi Kepulauan Derawan.
Selain sebagai wilayah nelayan tradisional, Pilanjau juga semakin aktif dalam mengembangkan praktik perikanan berkelanjutan dan ekowisata berbasis komunitas.
Kampung Buyung-Buyung, yang berada di Kecamatan Tabalar, Kabupaten Berau, dikenal sebagai salah satu kampung pesisir yang memiliki akses langsung ke perairan konservasi.
Hal tersebut membuat masyarakat Buyung-Buyung semakin terdorong untuk menerapkan pola pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.
Kampung ini juga memiliki potensi pariwisata bahari yang dapat dikembangkan melalui pendekatan ekowisata.
