Samarinda (ANTARA) - Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) menggerakkan masyarakat Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu), Kalimantan Timur, mengelola hutan berkelanjutan, yakni mendampingi warga memanfaatkan sumber daya hutan dengan tanpa merusak ekosistem.
"Salah satu pendekatan yang digunakan untuk mendampingi masyarakat di Mahulu yaitu melalui SIGAP (Aksi Inspiratif Warga Untuk Perubahan), tentunya kami menggandeng Pemkab Mahulu dalam pelaksanaannya," kata Direktur Eksekutif YKAN Herlina Hartanto di Samarinda, Sabtu.
Pendekatan SIGAP, kata Herlina, merupakan pola yang digunakan untuk menempatkan masyarakat sebagai aktor utama dalam melindungi dan mengelola hutan secara lestari, sehingga hutan tidak rusak, bahkan akan terus tumbuh dan berkelanjutan.
"Kami melakukan pendampingan ke masyarakat untuk mengenali potensi yang mereka miliki, kemudian menentukan cara mengembangkan berbagai potensi tersebut sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sembari tetap melindungi hutan yang menjadi warisan leluhur mereka," ujarnya.
Ia menyebutkan ada lima kampung (desa) di Mahulu yang dilakukan pendampingan oleh YKAN, yaitu Kampung Long Melaham, Batu Majang, Long Bagun Ilir, Long Bagun Ulu, dan Kampung Batoq Keloq.
Sementara ruang lingkup pendampingan mulai dari dukungan pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan, penguatan perencanaan tata ruang, peningkatan kesejahteraan masyarakat, peningkatan kapasitas, kelembagaan, dan sumber daya manusia.
Kabupaten Mahulu merupakan salah satu daerah di Kalimantan Timur yang mendapat pendampingan YKAN pada kurun 2020 hingga 2024, yakni pendampingan melalui Program Segar yang didanai oleh USAID.
Kemudian tahun ini dilakukan lagi pendampingan sejenis, diawali dari penandatanganan nota kesepakatan kerja sama pada Rabu (18/6) di Jakarta dan akan berlaku selama lima tahun ke depan.
Penandatanganan itu dilakukan dua pihak antara Bupati Mahulu Bonifasius Belawan Geh dan Herlina Hartanto selaku Direktur Eksekutif YKAN.
"Mahulu memiliki hutan hujan terluas di Provinsi Kalimantan Timur, sehingga kemitraan strategis ini menjadi penegasan komitmen kami untuk menjadikan pembangunan berkelanjutan sebagai dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan kebijakan daerah," kata Bonifasius.
Kerja sama ini dilakukan karena hampir 86 persen luas wilayah Mahulu merupakan tutupan hutan, bahkan mayoritas tutupan ini adalah vegetasi alami.
Tutupan hutan di Mahulu terbagi atas hutan konservasi atau hutan lindung seluas 668.821 hektare (ha), kawasan hutan produksi terbatas seluas 556.185 ha, dan kawasan hutan produksi seluas 107.316 ha.