Samarinda, (ANTARA Kaltim)- Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) di Provinsi Kaltim pada triwulan III 2012 senilai Rp105,58 triliun
berdasarkan harga berlaku, atau terjadi penurunan sebesar Rp1,84 triliun ketimbang
triwulan II yang sebesar Rp107,42 triliun.
"Penurunan PDRB terjadi lantaran krisis global dunia yang dampaknya sampai ke Indonesia, termasuk ke Kaltim. Apalagi Kaltim masih mengandalkan bahan bakar mineral sebagai komoditi unggulan ekspor,†ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim Johny Anwar di Samarinda, Sabtu.
Dia melanjutkan, komoditi yang mengalami penurunan nilai
sehingga berdampak pada menurunnya PDRB Kaltim adalah, sektor pertambangan dan
penggalian yang pada triwulan II sebesar Rp51,73 triliun, sedangkan pada
triwulan III menjadi Rp48,91 triliun.
Sektor petambangan dan penggalian ini terbagi menjadi dua,
yakni sub sektor minyak dan gas bumi (migas) serta sub sektor pertambangan
tanpa migas yang di dalamnya didominasi komoditi batu bara.
Sub sektor migas pada triwulan II mampu menyumbangkan
pembentukan PDRB Kaltim sebesar16,73 triliun, sedangkan pada triwulan III turun
menjadi Rp15,91 triliun.
Untuk sub sektor pertambangan tanpa migas pada triwulan II
senilai Rp34,53 triliun, sedangkan triwulan III turun menjadi Rp32,5 triliun.
Berikutnya adalah sektor industri pengolahan yang terdiri
industri pengolangan minyak bumi, gas alam cair (LNG), dan industri tanpa
migas.
Untuk tiga sub sektor ini meski terjadi penurunan nilai
namun tidak signifikan, yakni pada triwulan II senilai Rp25,69 triliun,
sedangkan pada triwulan III menjadi Rp25,3 triliun.
Sedangkan sektor lain di luar bahan bakar mineral justru
terjadi peningkatan walau tidak besar, seperti sektor pertanian yang pada
triwulan II sebesar Rp6,405 triliun naik menjadi Rp6,514 triliun pada triwulan
III.
Kemudian sektor listrik dan air bersih pada triwulan II
sebesar Rp5,02 triliun, pada triwulan III menjadi Rp5,38 triliun. Sektor
bangunan triwulan II Rp281 miliar, naik menjadi Rp287 miliar di triwulan III.
Sektor perdagangan, hotel, dan restoran dalam periode yang sama dari Rp8,882 triliun menjadi Rp9,343 triliun, sektor pengangkutan dan telekomunikasi dari Rp4,141 triliun menjadi Rp4,312 triliun, keuangan dan persewaan dari Rp2,932 triliun menjadi Rp3,242 triliun, dan sektor jasa dari Rp4,302 triliun menjadi Rp4,465 triliun. (*)