Samarinda (ANTARA Kaltim) - Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Kalimantan Timur mengutuk kekerasan yang dialami kontributor ANTV, Asri Sattar, saat meliput unjuk rasa mahasiswa di Samarinda, Senin.
"Kami mengutuk dengan keras tindak kekerasan terhadap wartawan, apalagi ini terjadi di depan polisi," ungkap Ketua IJTI Kaltim, Fitriansyah Adisurya, Senin petang.
IJTI Kaltim, kata Fitriansyah Adisurya, menilai polisi terkesan membiarkan terjadinya pemukulan terhadap wartawan tersebut.
"Saat peristiwa itu, banyak polisi yang berada di lokasi tetapi kami melihat tidak ada upaya mengamankan pelaku tetapi justru terkesan membiarkan terjadinya pemukulan tersebut. Jadi, kami menilai ini adalah bentuk kriminalisasi terhadap pers sehingga kami mendesak pihak kepolisian mengusut dan menangkap pelaku pemukulan itu," kata Fitriansyah Adisurya.
Sementara itu, koordinator Solidaritas Wartawan Samarinda, Fajri Alfaroby, menyesalkan terulangnya kasus kekerasan terhadap jurnalis.
"Kekerasan terhadap wartawan terus saja terjadi dan kali ini teman kami di Samarinda menjadi korbannya. Ironisnya, kekerasan itu terjadi di depan polisi yang seharusnya melindungi kami tetapi justru terkesan membiarkannya," kata Fajri Alfaroby.
Organisasi wartawan di Samarinda, lanjut dia, juga meminta Kapolresta Samarinda untuk menindak anggotanya yang dinilai melakukan provokasi sehingga terjadi pemukulan itu.
"Teriakan oknum polisi yang bernada provokasi itu yang juga diduga sebagai pemicu terjadinya pemukulan itu. Jadi, kami meminta Kapolresta Samarinda menindak anggotanya yang terkesan melecehkan profesi wartawan," kata Fajri Alfaroby.
Selain akan melaporkan kasus penganiayaan itu, sejumlah organisasi kewartawanan di Samarinda, lanjut Fajri Alfaroby, akan bersurat ke Kapolda Kaltim.
"Kami akan segera bersurat ke Kapolresta Samarinda dan Kapolda Kaltim agar kasus ini segera diusut. Hal seperti ini tidak boleh dibiarkan terjadi sebab tidak menutup kemungkinan akan menimpa teman-teman lainnya," kata Fajri Alfaroby.
Sementara, kontributor ANTV, Asri Sattar mengaku, saat pemukulan tersebut situasi sudah kondusif dan mahasiswa yang berunjuk rasa sudah berhasil dipukul mundur.
"Saat itu mahasiswa sudah berhasil dipukul mundur dan yang ada di tempat itu hanya wartawan dan polisi. Tetapi, beberapa orang yang diduga preman juga berada di tempat itu, dan mereka inilah yang menyerang saya," kata Asri Sattar. (*)
IJTI Kaltim Kutuk Kekerasan Terhadap Wartawan
Senin, 22 Oktober 2012 18:52 WIB