Samarinda (Antaranews Kaltim)- Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Kaltim, Eli Kusnaeli menilai Tokoh Agama (Toma), Tokoh Masyarakat (Toma) dan Tokoh Adat (Toda) sangat berperan dalam mensosialisasikan program-program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) di Provinsi Kaltim.
"Peran tokoh agama, masyarakat dan adat sangat penting untuk menjembatani program KKBPK, karena memiliki kedekatan secara emosional dengan masyarakat setempat,"katanya saat memberi sambutan pada pembukaan pelatihan teknis program KKBPK bagi para tokoh, Selasa.
Menurutnya keterlibatan para tokoh dalam menyampaikan program pembangunan Kependudukan dan KB sangat efektif, mengingat masyarakat Indonesia masih memperhatikan ucapan dan anjuran para tokoh yang menjadi panutan dalam kehidupan sehari-hari.
Eli menjelaskan para tokoh tersebut berasal dari enam daerah yang ada di Kaltim khususnya yang sudah terbentuk "Kampung KB". Pelatihan tersebut dilakukan secara bertahap hingga nantinya semua tokoh yang ada di daerah berkesempatan untuk mengikuti untuk menambah wawasan tentang KKBPK.
"Diharapkan dengan adanya pelatihan teknis ini, peran para tokoh di daerahnya masing-masing akan lebih baik, terarah, intensif dan berkelanjutan sesuai perkembangan kondisi yang ada,"katanya.
Sementara itu salah seorang tokoh agama dari Kota Balikpapan yang juga tergabung dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Balikpapan, H. Abdulsamad Bullah menyambut baik kegiatan pelatihan program KKBPK yang digelar BKKBN Kaltim.
"Para tokoh agama, masyarakat dan adat dengan adanya pelatihan ini diingatkan kembali agar lebih baik dalam memberikan motivasi kepada masyarakat yang tujuannya baik untuk menuju masyarakat sejahtera,"katanya.
Ia pun menyebutkan dalam agama Islam telah diingatkan bahwa tidak boleh kita meninggalkan anak cucu dalam keadaan kekurangan dan kelemahan dalam segala hal. Oleh karena itu dengan mengikuti program KKBPK bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Diakuinya bahwa program KB ada sebagian masyarakat belum memahami tujuannya, jika berbicara masalah KB mereka beranggapan tentang kontrasepsi, padahal sebenarnya memberikan pengetahuan dan wawasan tentang kesehatan, pendidikan, berprilaku dan kualitas hidup.
"Jika kualitas kehidupan masih rendah, banyak anak, tidak mungkin dapat memberikan kebutuhan sehari-hari, pangan, pendidikan, kesehatan yang layak, makanya perlu diatur jarak kelahiran agar kebutuhan gizi dan pendidikan dapat meningkat,"kata Abdulsamad. (*)