Samarinda (ANTARA Kaltim) - Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Provinsi Kalimantan Timur Jauhar Efendi memberikan apresiasi terhadap produk kerajinan tangan anyaman rotan warga Desa Kadungan Jaya, Kutai Timur, yang mampu menembus pasar ekspor.
"Selain salut terhadap kemampuan dan kreativitas warga yang merupakan suami istri itu, saya juga kagum karena mereka bersedia menularkan ilmunya kepada warga setempat, mengingat keterampilan ini tidak dimiliki banyak orang," ujar Jauhar Efendi dihubungi di Samarinda, Kamis.
Pada Selasa (14/11), Jauhar melakukan kunjungan ke Desa Kadungan Jaya, Kecamatan Kaubun, untuk melihat potensi sekaligus mencari peluang yang bisa dikembangkan. Kunjungan ini juga dalam rangkaian dialog interaktif bersama delapan kepala desa di Kaubun.
Menurut Jauhar, hasil kerajinan rotan karya warga Kadungan Jaya memiliki kualitas bagus dan sudah dijual ke sejumlah negara, seperti Amerika, Singapura, dan Filipina.
Barang kerajinan tangan berbahan dasar rotan dan tangkai pohon ketak (tumbuhan lokal) berkualitas ekspor ini, antara lain berupa piring, kendi, tempat nasi (bakul), dandang, tas perempuan, alat gendong, dan aneka wadah lain yang semua ada penutupnya.
Semua produk dan karya dua warga tersebut merupakan barang seni dan bisa dimanfaatkan sesuai kebutuhan, karena selain bentuknya yang cantik dan unik, juga menggambarkan budaya yang ramah lingkungan.
"Saat ini produksinya masih terbatas, karena yang ahli baru dua orang yang merupakan suami istri. Namun, saya yakin ke depan produksinya akan lebih banyak, karena sudah ada beberapa warga yang mulai bisa berkat bimbingan dari sepasang suami istri tersebut," ucap Jauhar.
Sementara itu, Gupran (37 tahun) dan Hamidah (38 tahun), sepasang suami istri perajin anyaman rotan tersebut, mengatakan kemampuannya membuat kerajinan anyaman rotan sudah sejak kecil, ketika masih tinggal di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Keterampilan ini diwariskan dari orang tuanya.
Mereka berusaha mewariskan keterampilan itu kepada warga transmigran di Desa Kadungan Jaya, dengan harapan warisan budaya tidak punah dan hasil kerajinan tangannya memiliki nilai jual tinggi sampai dijual ke negara lain.
"Untuk menghasilkan satu dandang yang dikerjakan paruh waktu diperlukan sekitar satu bulan dengan harga jual Rp1,5 juta. Pembuatan kendi selama 17 hari dengan harga Rp1 juta, bakul enam hari dengan harga Rp400 ribu. Kami juga kerja sebagai buruh kebun sawit, jadi tidak bisa seharian menganyam, kecuali banyak pesanan, baru izin tidak kerja," ucap Gupran.(*)
DPMPD Apresiasi Produk Kerajinan Ekspor Warga Kutim
Kamis, 16 November 2017 20:49 WIB