Bontang, Kaltim (ANTARA) - PT Pupuk Indonesia/PI (Persero) mulai membangun pabrik soda ash di Kota Bontang, yakni pabrik soda ash pertama di Indonesia dengan nilai investasi sebesar Rp5 triliun dari pendanaan perusahaan tersebut dan perbankan nasional.
Direktur Utama PT PI Rahmad Pribadi menyampaikan bahwa upaya membangun pabrik soda ash sudah diniatkan sejak tiga dekade yang lalu.
“Ini adalah bagian dari astacita presiden, yaitu hilirisasi. Ini juga menandai 1 tahun dari pemerintahan Prabowo. Kira-kira setahun yang lalu, arahan dari beliau sangat tegas dan jelas untuk terus melanjutkan hilirisasi, memperkuat ketahanan industri,” ujar dia dalam agenda seremoni groundbreaking soda ash di Bontang, Kalimantan Timur, Jumat.
Pabrik tersebut dibangun untuk mengurangi ketergantungan Indonesia atas impor soda ash dan hilirisasi produk amoniak sebesar 105 ribu ton per tahun, lalu menurunkan emisi karbondioksida (CO2) melalui penyerapan ekses CO2 sebagai bahan baku soda ash sebesar 174 ribu ton per tahun.
Kemudian juga mendukung ketahanan pangan melalui pemanfaatan ammonium chloride sebagai direct fertilizer (sumber nitrogen) atau campuran bahan baku NPK (Nitrogen, Fosfor, Kalium), serta meningkatkan revenue melalui penjualan soda ash dan ammonium chloride.
Kapasitas produksi pabrik ini yang ditargetkan selesai pada Maret 2028 untuk ammonium chloride dan soda ash masing-masing 300 ribu MTPY (metrik ton per tahun) dengan target pasar domestik maupun ekspor
Untuk infrastruktur gudang, dialokasikan terhadap ammonium chloride dan soda ash masing-masing 20 ribu ton curah, soda ash dan ammonium chloride bag 5.500 ton kantong, dan NaCI (natrium klorida) 50 ribu ton curah.
Adapun total serapan kerja untuk proyek ini yaitu 800 pekerja konstruksi dan 86 pekerja operasional.
Selama ini, Indonesia masih mengimpor soda ash dan ammonium chloride sebesar 100 persen. Misalnya, pemerintah mengimpor 801,67 ribu soda ash dan 312,67 ribu ammonium chloride pada tahun 2024.
Karena itu, diharapkan pembangunan pabrik soda ash pertama ini dapat mensubtitusi impor komoditas tersebut.
Impor soda ash di Indonesia sekarang 1 juta ton (per tahun) dan akan terus tumbuh dengan pertumbuhan sekitar 5-6 persen per tahun.
“Kalau sekarang saja kita impor 1 juta dan Indonesia tidak mulai membangun soda ash, tidak bisa saya bayangkan berapa besar devisa kita yang harus kita keluarkan Indonesia, padahal kita memiliki semua yang diperlukan untuk membangun soda ash ini,” kata Dirut PT PI.
Begitu pula dengan impor produk samping hasil pabrik soda ash yang masih 100 persen impor, yakni ammonium chloride.
“Jadi, hasil dari sini tidak hanya menggantikan impor soda ash, tapi juga menggantikan impor dari ammonium chloride sebagai pupuk yang sangat dibutuhkan untuk kebun kelapa sawit, ungkap dia.
Rahmad menitipkan pesan kepada Direktur Utama PT Pupuk Kalimantan Timur Gusrizal agar proyek ini dapat dieksekusi dengan baik; sesuai target waktu, kualitas, dan pembiayaan; serta selalu mengedepankan tata kelola maupun keselamatan para pekerja.
“Mudah-mudahan mimpi besar bangsa Indonesia untuk memiliki ketahanan industri yang semakin kuat untuk mengurangi impor menjadi negara yang lebih mandiri, bisa kita capai, dan pupuk Indonesia bersama dengan seluruh anak perusahaannya, kali ini dengan pupuk Kalimantan Timur, bisa memberikan kontribusi terbaiknya bagi bangsa dan negara,” katanya.
Di tengah investasi triliunan rupiah ini, Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni, mengingatkan komitmen terhadap masyarakat lokal harus menjadi prioritas utama dalam penyerapan tenaga kerja.
Ia mendukung penuh Bontang sebagai kota hilirisasi industri dan menegaskan bahwa setiap proyek strategis nasional, termasuk Pabrik Soda Ash wajib mematuhi Perda Ketenagakerjaan Nomor 10 Tahun 2008.
"Komitmen terhadap Perda Ketenagakerjaan harus diutamakan, minimal 75 persen tenaga kerja berasal dari masyarakat lokal," tegas Neni.
Neni berharap pertumbuhan ekonomi makro yang dibawa industri besar ini bisa menetes secara nyata ke level mikro.
Dengan melibatkan masyarakat lokal secara signifikan, ia meyakini manfaat investasi akan langsung dirasakan, memicu tumbuhnya industri turunan seperti kaca, keramik, sabun, dan tekstil di Bontang.
Kepala DPMPTSP Kota Bontang, Aspianur, juga menegaskan kesiapan pemerintah daerah yang menyambut baik investasi Soda Ash ini, karena dampaknya besar bagi masyarakat baik dari sisi ekonomi maupun lapangan kerja.
Aspianur menambahkan, Kota Bontang berkomitmen menjadi "kota yang ramah investasi" dengan memberikan kemudahan proses perizinan.
Ia menegaskan posisi Bontang sebagai kota industri strategis yang siap menjadi kontributor utama program hilirisasi industri nasional.
Proyek ini juga disebut menjadi bagian dari upaya penguatan industri strategis, selaras dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto.
“Pembangunan pabrik ini menjadi bukti bahwa Bontang terus memperkuat posisinya sebagai kota industri strategis di Kaltim, sekaligus berkontribusi terhadap program hilirisasi industri nasional," katanya.
