Balikpapan (ANTARA) -
Tim Pertamina Patra Niaga bersama orang Melui yang menetap di kawasan hutan kaki Gunung Lumut, bagian dari masyarakat adat Sub Suku Paser menggelar upacara memperingati dan memeriahkan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-80.
“Kali ini selain melaksanakan upacara bendera, juga melakukan bakti sosial,” kata General Manager Eksekutif Regional Kalimantan PT Pertamina Patra Niaga Alexander Susilo, di Balikpapan, Senin.
Sehari sebelum upacara pengibaran bendera, Tim Pertamina Patra Niaga menggelar pemeriksaan kesehatan gratis, membagikan perlengkapan sekolah dan mainan untuk anak-anak, serta menggelar lomba-lomba khas 17an seperti balap karung dan tarik tambang.
Alex menuturkan, kegiatan tersebut merupakan lanjutan dari ekspedisi sosial yang telah dilakukan perusahaan pada 29–31 Mei 2025 lalu. Dalam kunjungan sebelumnya tersebut, Pertamina Patra Niaga menyalurkan bantuan berupa bahan makanan, perlengkapan ibadah, pakaian anak-anak, alat tulis dan perlengkapan sekolah, serta menggelar gotong royong membersihkan musala.
Menurutnya kegiatan tersebut merupakan bagian dari program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan.
Warga Mului tinggal di kawasan hutan kaki Gunung Lumut dan menjaga hutan adat seluas 7.700 hektare. Komunitas itu dikenal dengan filosofi hidup yang menekankan hubungan ekologis: “Gunung adalah ibu, hutan adalah air susu ibu, dan air adalah kehidupan.” Atas komitmen menjaga lingkungan, masyarakat Mului menerima penghargaan Kalpataru dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 2022.
Secara administratif, Dusun Mului termasuk dalam Desa Swan Slutung, Kecamatan Muara Komam, Kabupaten Paser, di bagian paling selatan Kalimantan Timur dan masuk dalam rangkaian Pegunungan Meratus.

Saat ini untuk ke Mului, mobil bisa masuk hingga Kampung Long Sayo, melewati jalur dari Muara Payang. Sampai di rute ini, jalan masih berupa tanah berkerikil dan relatif mulus. Setelah Long Sayo, jalur yang ditempuh adalah bekas jalan logging yang sudah tergerus air, berlumpur, dan licin—terutama saat hujan. Karena itu dari Long Sayo, orang kemudian berganti dari naik mobil ke naik motor untuk menempuh sisa sekitar 76 km menuju Mului.
“Waktu tempuhnya dengan motor sekitar 3 jam, tergantung kondisi cuaca dan beban angkut,” kata Humas Pertamina Patra Niaga Edi Mangun.
Kepala Adat Mului, Jidan, menyambut rombongan tim Pertamina Patra Niaga.
“Untuk mencapai Desa Mului, orang harus menempuh perjalanan lebih dari dua jam melewati jalan berlumpur dan berkubang. Kami berharap dengan hadirnya Pertamina Patra Niaga di sini, pemerintah bisa melihat langsung kondisi kami dan segera memperbaiki jalan yang selama ini kami harapkan,” ujar Jidan.
