Balikpapan (ANTARA) - Tim PT Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan mengantarkan bantuan sosial ke Mului, sebuah kampung adat pemukiman Orang Manyan di kaki Gunung Lumut, Kabupaten Paser, sepanjang akhir pekan keempat Mei.
Meski hanya 76 km dari Jalan Trans Kalimantan yang melintasi Muara Komam, perlu tak kurang dari 3 jam waktu tempuh dengan motor untuk sampai Mului. Jalan tanah perkerasan batu yang relatif mulus di Muara Payang hingga Kampung Long Sayo, hilang berganti bekas jalan logging yang sudah tergerus air, berlumpur dan licin sebab hujan menuju Mului.
“Jalan menuju Mului sangat ekstrem. Setelah tiga jam menggunakan mobil, kami harus beralih ke motor karena medan yang sempit dan curam,” cerita Executive General Manager Pertamina Patra Niaga Kalimantan, Alexander Susilo, Rabu.
Tim Patra Niaga membawakan bahan makanan, perlengkapan ibadah, alat tulis untuk anak sekolah, dan pakaian untuk balita. Juga ada aksi sosial membersihkan musala desa.
Ketua Adat Desa Mului, Jidan, menyampaikan semoga kunjungan Tim Pertamina Patra Niaga ini mengingatkan para yang berwenang bahwa Mului masih ada dan ada 40 keluarga yang tinggal di dalamnya.
“Kami seperti terkurung karena jalan rusak. Kami hanya ingin akses yang lebih baik agar anak-anak bisa sekolah dan warga mudah berobat bila sakit,” harap Ketua Adat Jidan.
Alexander menegaskan bahwa kunjungan ini bukan yang terakhir. “Jelas akses transportasi dan komunikasi di Mului perlu diperbaiki agar desa ini bisa lebih maju,” tutur Alex.
Sebagai bagian dari program tanggung jawab sosial perusahaan, Pertamina Patra Niaga berkomitmen untuk terus mendukung wilayah terpencil melalui berbagai inisiatif. "Kami berharap kunjungan ini bisa menjadi awal dari perhatian lebih besar terhadap Desa Mului, baik dari sektor swasta maupun pemerintah," tambahnya.
Secara administrasi Mului bergabung ke dalam Desa Swan Slutung, Kecamatan Muara Komam, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Seperti disebutkan Kepala Adat, kampung dihuni 40 keluarga yang selama bertahun-tahun berkhidmat menjaga hutan adat seluas 7.700 hektar. Karena itu, Orang Manyan di Mului menerima penghargaan Kalpataru pada 2022 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.
Masyarakat Mului hidup dengan filosofi "gunung adalah ibu, hutan adalah air susu ibu, dan air adalah kehidupan". Mereka mengelola hutan secara komunal dan memetik hasil hutan non kayu di dalamnya secara bersama-sama.
Akses jalan yang buruk yang membuat desa ini sulit dijangkau. Warga berharap adanya perbaikan infrastruktur agar desa mereka lebih terbuka terhadap akses pendidikan, kesehatan, dan ekonomi yang lebih baik.