Samarinda, Kaltim (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) melakukan identifikasi dampak banjir di Kota Samarinda dan berupaya memberikan bantuan, terutama benih padi, agar petani segera melakukan percepatan tanam setelah banjir surut.
"Upaya ini diambil dengan harapan kondisi cuaca mendukung pada bulan Juni mendatang, sehingga target produksi padi di wilayah tersebut tidak terganggu signifikan," kata Kepala Dinas Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura (DPTPH) Provinsi Kaltim Siti Farisyah Yana di Samarinda, Kamis.
Ia mengungkapkan berdasarkan data dinasnya, saat ini merupakan siklus tanam yang penting bagi petani di Kaltim, khususnya pada periode Mei hingga Juni.
Pihaknya terus memantau secara intens perkembangan kondisi di lapangan melalui petugas yang melakukan pembaruan data setiap hari.
"Kami terus memonitor perkembangan di lapangan melalui petugas yang melakukan pembaruan data setiap hari," jelas Yana.
Bencana banjir yang melanda Kota Samarinda pada Senin (12/5/2025) kembali menimbulkan kerugian bagi sektor pertanian.
Sekitar 50 hektare lahan sawah di wilayah Kelurahan Lempake, Kecamatan Samarinda Utara, terancam gagal panen akibat terendam air.
Kondisi ini menjadi pukulan bagi petani setempat yang baru saja berupaya bangkit setelah banjir Januari 2025.
Manajer Brigade Pangan Suluh Manuntung sekaligus Ketua Kelompok Tani Krida Karya Utama Kota Samarinda Adung KS Utomo menyampaikan bahwa air belum sepenuhnya surut dari areal persawahan.
"Untuk wilayah sawah di Kecamatan Samarinda Utara, memang di Kelurahan Lempake yang terparah," ujarnya.
Adung merinci wilayah yang paling terdampak banjir meliputi kelompok tani di kawasan Betapus, Girirejo, hingga Muang Ilir.
Kondisi tanaman padi di lahan-lahan tersebut bervariasi, mulai dari fase vegetatif, fase mengeluarkan malai (bunga padi), hingga siap untuk dipanen.
"Bahkan, ada petani yang sudah memanen, namun hasil panen ikut terendam dan hanyut terbawa arus air," ungkapnya.
Sebagai komando brigade pangan untuk Kecamatan Samarinda Utara, Adung menuturkan bahwa target kawasan olah tanam (oplah) di wilayahnya mencapai 210 hektare.
Namun, dengan adanya bencana banjir ini, tak sedikit lahan padi terancam gagal panen.
Pengalaman di kelompok taninya menunjukkan bahwa dalam setahun, petani di wilayah Lempake dapat melakukan dua hingga tiga kali siklus tanam dan panen. Namun, dalam dua musim tanam terakhir ini, mereka selalu mengalami gagal panen akibat terjangan banjir.
"Ini tanam yang kedua. Yang pertama waktu banjir yang bulan Januari 2025. Nah, setelah itu, kami tanam kembali, lalu sudah mendekati panen kebanjiran lagi hari ini," ungkapnya.