Bontang, Kaltim (ANTARA) - Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Bontang, Kalimantan Timur, menonjolkan potensi lokal untuk menarik investor, di antaranya sumber dari alam berupa laut seluas 349,77 km persegi dan budaya.
"Setiap daerah memiliki potensi masing-masing, maka potensi ini yang kami tawarkan ke investor, baik pengelolaan laut untuk perikanan, rumput laut, wisata, bahkan untuk investasi di sektor industri maupun jasa," kata Kepala DPMPTSP Kota Bontang Muhammad Aspian Nur di Bontang, Sabtu.
Pemanfaatan potensi lokal adalah strategi untuk mengoptimalkan sumber daya daerah, mulai dari alam, budaya, atau keahlian masyarakat, untuk menciptakan nilai tambah dan meningkatkan daya saing daerah.
Ia menjelaskan sejumlah potensi investasi yang dapat dilirik para investor di kota yang terkenal dengan kota industri dan jasa ini adalah wilayah laut yang cukup luas hingga mencapai 349,77 km persegi, sehingga banyak sumber daya laut yang dapat dimanfaatkan baik untuk kebutuhan pangan maupun usaha lain.
"Salah satu sumber daya laut yang dapat dioptimalkan pengolahannya adalah rumput laut, salah satunya sebagai penghasil keragenan (bahan pengenyal) yang banyak digunakan pada produk farmasi dan kosmetik sebagai bahan pembuat gel dan pengental," katanya.
Selain pengolahan rumput laut, industri pengalengan ikan memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai alternatif penopang perekonomian dalam jangka panjang.
Potensi yang masih dapat diusahakan oleh investor adalah produksi perikanan budidaya laut yang terus meningkat, yakni pada 2020 dengan produksi 20.335 ton ikan, pada 2021 naik menjadi 21.305 ton, dan pada 2022 kembali naik menjadi 21.916 ton, dan memiliki potensi ditingkatkan untuk tahun ini hingga ke depan.
Sedangkan di antara kecamatan yang tersebar di Bontang, kawasan Bontang Lestari merupakan wilayah yang paling strategis dalam pengolahan hasil laut, karena kawasan tersebut akan didirikan pelabuhan laut.
Potensi lokal lainnya untuk investasi yakni pengolahan karet (polimer), pergudangan, perumahan (real estate), produksi dan pengolahan garam, industri turunan soda ash, serta sarana olahraga dan rekreasi.
Upaya mendorong potensi lokal ini sekaligus menjadi langkah untuk mendorong semakin tumbuhnya iklim investasi di daerah, sehingga pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Untuk faktor pendukung penting indeks daya saing investasi yang menjadi perhatian ia dalam menarik minat investor untuk menanamkan modal, adalah iklim usaha yang kondusif untuk berinvestasi, kejelasan prosedur untuk berinvestasi, dan kemudahan berinvestasi.
"Hal lain yang kami perhatikan adalah kemudian informasi proyek-proyek investasi strategis yang bersifat 'clean and clear' dalam bentuk dokumen investment project ready to offer (IPRO), dan sentimen positif yang menggambarkan suasana kondusif di daerah," kata Aspian.