Balikpapan (ANTARA) - PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) mulai ujicoba menjalankan kapal pengangkut pekerja (crewboat) dengan teknologi diesel dual fuel (DDF), di mana mesin dieselnya kini juga bisa menerima liquified natural gas (LNG, gas alam cair) selain solar sebagai bahan bakar.
Inovasi DDF di sektor operasional transportasi laut di industri hulu migas merupakan yang pertama di Indonesia. Pemerintah sendiri sudah mendorong penggunaan DDF untuk industri maritim setidaknya sejak 2012.
“Dari sini kami bisa dihemat biaya operasional hingga 60 persen lebih dibanding crewboat yang jalan sepenuhnya dengan solar,” kata General Manager (GM) PHM Setyo Sapto Edi, Minggu.
Penggunaan bahan bakar ganda tersebut juga berarti mewujudkan komitmen perusahaan menjalankan operasi migas yang efisien dan ramah lingkungan.
Penghematan yang didapat dari penggunaan LNG didapat dari harga LNG yang lebih murah dibanding solar selain LNG juga lebih hemat. Dalam perhitungan sederhana, diketahui energi yang dihasilkan 1 MMBTU (Million Metric British Thermal Unit) LNG setara dengan yang didapat dari 29,41 liter solar. Harga 1 MMBTU LNG saat ini berkisar pada USD14-16. Bila harga solar industri saat ini tercatat Rp19.850 per liter, maka nilai 29,41 liter solar adalah Rp595.500. Atau dengan kurs dolar sekarang yang Rp15.500, sama dengan 38,38 dolar AS.
“Sangat baik dalam upaya efisiensi biaya operasi kami,” ujar Setyo.
Dengan DDF ini juga PHM mendukung kebijakan diversifikasi energi, dengan mempromosikan penggunaan energi bersih, yaitu gas alam. Dengan menggantikan sebagian solar dengan LNG, maka mengurangi emisi karbon dioksida (CO2) sampai 25 persen dan emisi NOX hingga 90 persen per MMBTU.
Kepala Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas (SKK Migas), Dwi Soetjipto menyampaikan apresiasi atas keberhasilan PHM dalam melakukan konversi bahan bakar ini. Menurutnya, keberhasilan PHM tersebut menjadi teladan bagi dunia industri perkapalan dan industri migas.
Menurut Dwi, langkah PHM juga sesuai perencanaan strategis Indonesia Oil and Gas (IOG) 4.0, yaitu menjaga keberlanjutan lingkungan dan juga merupakan pelaksanaan program Low Carbon Initiative (LCI, upaya menurunkan emisi karbon).
“Selain memberikan dampak positif dalam menjaga lingkungan, penggunaan LNG akan memberikan efisiensi biaya bagi PHM dan jika diikuti oleh perusahaan kontraktor kontrak kerjasama (KKKS) migas lainnya, maka akan meningkatkan efisiensi operasional industri hulu migas serta menjadi pendorong penggunaan gas menggantikan minyak di dalam negeri,” demikian Dwi.
PHM menggunakan kapal angkut pekerja, yang juga biasa disebut seatruck untuk mengantarkan pekerjanya ke anjungan di tengah laut di Selat Makassar ataupun di lokasi kerja di rawa-rawa di Delta Mahakam