Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) melakukan diskusi dengan tokoh adat Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) sebagai langkah penyusunan rencana induk pemajuan kebudayaan Ibu Kota Nusantara.
"Diskusi menyangkut penyusunan rencana induk pemajuan kebudayaan itu kami dilakukan bersama dengan tokoh adat, pelaku budaya, dan pakar kebudayaan di Kaltim," kata Direktur Kebudayaan, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif OIKN Muhsin Palinrungi di Penajam, Kamis.
Ia mengatakan Kabupaten Penanam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara diharapkan dapat memberikan pokok pikiran mengenai kemajuan budaya di Ibu Kota Nusantara, sehingga ke depan dapat berkembang.
Kebudayaan lokal, menurut dia, dapat mengambil bagian dan tampil pada peringatan Hari Kemerdekaan RI pada tahun 2024, yang merupakan cikal bakal mengenalkan kearifan lokal di Ibu Kota Nusantara.
"Kebudayaan lokal bisa dikombinasikan dengan budaya nasional, sehingga dapat wujudkan Ibu Kota Nusantara sebagai kota dunia yang layak huni," katanya.
"Kebudayaan lokal bisa dikombinasikan dengan budaya nasional, sehingga dapat wujudkan Ibu Kota Nusantara sebagai kota dunia yang layak huni," katanya.
Penyusunan rencana induk pemajuan kebudayaan bisa dijadikan sebagai pedoman OIKN untuk penyusunan program guna mengembangkan kebudayaan, serta sebagai strategi yang disusun dalam kebijakan kebudayaan di Ibu Kota Nusantara.
"Kami telah lakukan riset difokuskan identitas kebudayaan dan peradaban Nusantara, dan riset cukup kaya ada cerita preservasi budaya Sepaku," kata perwakilan bidang rumpun Ilmu Arkeologi Bahasa dan Sastra Sastri Sunastri.
Menurut dia, cerita suku Dayak, Balik, dan Paser Balik itu menggambarkan identitas masyarakat, serta ditemukan pula beberapa cerita seperti asal usul dan perkawinan.
"Penelitian dilakukan mengenai vitalitas dan mempertahankan bahasa dusun di Kabupaten Paser, Provinsi Kaltim. Upaya penguatan identitas bangsa di Ibu Kota Nusantara karena status bahas dusun terancam punah," ujarnya.
Ia mengemukakan penelitian yang dilakukan menggunakan cara menganalisis teks dengan cara komputerisasi, ditemukan beberapa nama suka dan wilayah, serta toponimi desa atau dusun berbasis pendekatan linguistik dan tradisi lisan.