Samarinda (ANTARA) -
Umat Hindu di Kota Samarinda, Kalimantan Timur (Katim), menggelar upacara Melasti perdana di tepian Sungai Mahakam, tepatnya di Taman Teluk Lerong, sebagai rangkaian perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1946.
"Upacara Melasti kali ini merupakan yang pertama digelar di Sungai Mahakam, yang selama ini menjadi sumber kehidupan masyarakat Samarinda dan Katim," kata Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kalimantan Timur I Made Subamya di Samarinda, Minggu.
Melasti adalah ritual suci yang dilakukan umat Hindu untuk menyucikan diri dan alam semesta dengan mendatangi sumber air, sebelum merayakan Nyepi yang jatuh pada Senin (11/3).
"Karena kita warga Samarinda, kita sangat menghormati apapun yang ada di wilayah kita sendiri. Tentu suatu kebahagiaan, suatu kehormatan juga bagi kita, karena kita diberikan izin oleh pemerintah," ujar Subamya.
Ia mengaku bangga bisa melaksanakannya di tempat mereka berpijak. Karena, selama ini ritual tersebut dilakukan ke pantai, kadang-kadang gabung di Kutai.
"Untuk tahun ini, hal yang istimewa kita bisa melakukan sendiri Melasti untuk umat Hindu di Samarinda," ucapnya.
Dalam upacara Melasti, umat Hindu membawa sejumlah sesaji dan air suci yang diambil dari Sungai Mahakam untuk prosesi ritual. Upacara ini diikuti oleh ratusan umat Hindu dari berbagai pura yang ada di Samarinda.
Setelah Melasti, umat Hindu akan melanjutkan rangkaian perayaan Nyepi dengan beberapa prosesi lainnya, seperti Tawur Kesanga, yang disertai dengan arak-arakan ogoh-ogoh, kemudian Ngembak Geni, atau saling berkunjung ke sanak saudara, setelah pelaksanaan ritual Nyepi.
Nyepi adalah hari suci umat Hindu yang ditandai dengan empat larangan utama, yaitu amati geni (tidak menyalakan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak bersenang-senang).
Dengan melaksanakan Nyepi, umat Hindu percaya bahwa mereka dapat mencapai kesucian batin dan menjaga keseimbangan alam.