Penggiat Pendidikan Kalimantan Timur Emir Moeis mengajak generasi muda, terutama generasi Z, untuk tetap memiliki rasa nasionalisme yang tinggi, rasa cinta tanah air dan rasa ingin membela rakyat kecil yang masih miskin supaya semua sejahtera dan berkeadilan.
Hal itu disampaikannya pada acara kuliah umum bertemakan Pentingnya Ideologi dan Pembangunan Inklusif dalam mendukung Provinsi Kalimantan Timur sebagai Episentrum Pertumbuhan Baru Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, di Universitas 17 Agustus Samarinda, Rabu.
“Generasi Z sekarang agak kurang dalam berideologi. Padahal ideologi itu penting untuk memiliki wawasan kebangsaan dan membela rakyat kecil yang masih miskin. Jangan menjadi individualis,” kata Emir.
Ia juga mengkhawatirkan generasi Z saat ini yang agaknya kurang suka dengan politik. Ia berharap media massa turut berperan menggaungkan berita dan informasi tentang nasionalisme.
“Kalau kita sudah seperti Amerika Serikat yang sudah kuat, anak mudanya mau borderless tidak masalah. Masalahnya kita ini masih jadi sumber pemerasan,” tegas Emir.
Ia menyampaikan, Presiden Soekarno dalam ideologi Pancasilanya selalu bilang musuh kita adalah kemiskinan yang disebabkan oleh penjajah asing. Zaman sekarang kemiskinan juga masih sangat banyak, termasuk di Kaltim
Ia mencontohkan kekayaan dari kelapa sawit dan tambang yang hanya sebagian kecil yang kembali ke rakyat Kaltim. Ia menyarankan agar sebagian dari kekayaan itu dipotong untuk bantu sekolah-sekolah, terutama di IKN.
“Di IKN harus ada sekolah-sekolah unggulan setaraf sekolah unggulan di Jakarta. Generasi Z harus kembalikan semangat jiwa nasionalisme mereka. Mereka harus membela rakyat kecil supaya bisa maju berskala internasional,” ujar Emir.
Ia juga mengingatkan generasi Z untuk belajar terus, karena ilmu berubah terus. Ia mengatakan bahwa kuliah di universitas negeri atau swasta tidak jauh beda, asalkan mau belajar.
“Saya pernah kuliah di Massachusetts Institute of Technology (MIT) di Amerika Serikat. Tidak jauh beda dengan ITB, cuma mereka lembaga risetnya banyak. Jadi semua itu tergantung diri kalian. Belajar terus, karena ilmu berubah terus,” ujarnya lagi.
Sementara itu, Rektor Universitas 17 Agustus Samarinda Dr Marjoni Rahman MSi yang juga menjadi nara sumber mengatakan, proses pembangunan IKN Nusantara akan berlangsung hingga 20 tahun mendatang. Keterlibatan anak-anak Kaltim dalam pembangunan sebetulnya sudah ada.
“Rata-rata yang bekerja dalam pembangunan IKN adalah anak-anak Kaltim. Beberapa dosen teknik dari Universitas 17 Agustus Samarinda juga ikut dilibatkan menjadi konsultan, karena sudah ada MOU supaya SDM dari perguruan tinggi di Kaltim termasuk dari Universitas 17 Agustus Samarinda juga dipakai,” kata Marjoni.
Ia menambahkan, Direktorat Jenderal Balai Konstruksi Kementerian PUPR sudah mendidik 300-an orang untuk siap masuk ke IKN. Dosen-dosen teknik Universitas 17 Agustus Samarinda banyak dipakai jadi konsultan.
"Ini karena dosen-dosen teknik sipil Universitas 17 Agustus Samarinda level doktornya banyak, tutupnya.