Jakarta (ANTARA) - Runner-up Wimbledon Ons Jabeur menggambarkan kekalahan ketiganya di final Grand Slam sebagai yang "paling menyakitkan" dalam kariernya.
Petenis peringkat enam dunia Jabeur dikalahkan 6-4, 6-4 oleh petenis Ceko yang tidak diunggulkan Marketa Vondrousova, Sabtu (15/7), satu tahun setelah ia kalah di final Wimbledon dari Elena Rybakina.
Rasa sakit mengikuti setelahnya ketika di US Open dia kembali menjadi runner-up, kali ini usai kalah dari Iga Swiatek.
Petenis berusia 28 tahun itu perempuan kedelapan yang kalah dalam tiga final Grand Slam pertamanya.
Namun, dia merasa terhibur karena mengetahui bahwa sejumlah legenda tenis, di antaranya Chris Evert, Kim Clijsters dan Simona Halep juga mengalami nasib yang sama sebelum merebut gelar Grand Slam.
"Akan sulit untuk berbicara. Saya akan terlihat jelek di foto jadi itu tidak akan membantu," kata Jabeur usai gagal menjadi petenis putri asal Arab atau Afrika pertama yang memenangi gelar tunggal Grand Slam, seperti disiarkan AFP, Sabtu.
"Saya pikir ini adalah kekalahan yang paling menyakitkan dalam karier saya."
"Saya berjanji akan kembali suatu hari nanti dan memenangi turnamen ini."
Mantan petenis nomor satu dunia Clijsters kalah di final French Open 2001 dan 2003, perebutan gelar US Open pada 2003, dan final Australian Open pada 2004.
Namun, petenis Belgia itu akhirnya mengakhiri kariernya dengan memenangi empat turnamen major, yang pertama di New York pada 2005.
"Saya sangat mencintai Kim. Dia adalah inspirasi besar bagi saya," ujar Jabeur yang melihat Clijsters di belakang layar Centre Court.
"Fakta bahwa dia meluangkan waktu untuk memberi saya nasihat dan benar-benar memeluk saya, selalu ada untuk saya, saya pikir itu tak ternilai harganya."
"Dia memberitahuku sepanjang waktu dia kalah empat kali. Itu sebabnya aku tahu informasinya, kalau tidak akan sulit. Tapi, ya, itu sisi positifnya. Anda tidak bisa memaksakan sesuatu."