Jakarta (ANTARA) - Konsolidasi perusahaan telekomunikasi dinilai dapat mengubah peta industri telekomunikasi nasional yang mengedepankan percepatan inovasi digital dan peningkatan kualitas layanan bagi konsumen berbasis perluasan cakupan jaringan.
“Di era digital, ekspansi jaringan internet menjadi yang paling dasar dalam industri telekomunikasi, kemudian disusul inovasi dan peningkatan kualitas layanan kepada konsumen,” kata Ketua Umum Asosiasi Penyelangara Jasa Internet Indonesia (APJII) Muhammad Arif Angga, di Jakarta, Senin.
Arif Angga menjelaskan, di saat kota-kota besar di Indonesia sudah tersambung internet berkecepatan tinggi, namun banyak area terutama di daerah terdepan, terpencil dan tertinggal (3T) sama sekali belum mendapatkan akses telekomunikasi.
“Konektivitas internet menjadi kunci untuk mencapai pemerataan pendidikan, hiburan hingga peluang ekonomi yang lebih baik, terutama di daerah terpencil,” katanya.
Dengan kata lain, desa yang sudah mendapatkan layanan seluler akan memudahkan penduduk untuk memasarkan hasil-hasil produk mereka kepada masyarakat luas melalui e-commerce maupun kanal lainnya.
Arif Angga mengapresiasi merger operator Indosat-Tri karena akan saling melengkapi dalam semua aspek, mulai dari memperluas jaringan, inovasi, menambah produk, hingga meningkatkan layanan berkualitas kepada pelanggan.
“Merger Indosat-Tri otomatis dapat memangkas biaya operasional secara signifikan, sehingga jika ada biaya modal (capex) yang berlebih maka perusahaan mampu melakukan ekspansi jaringan yang sekaligus mendukung Pemerintah dalam memacu terciptanya ekonomi digital,” katanya.
Belum lama ini, Indosat Ooredoo memperluas jangkauan layanan 4G/LTE di 124 desa, yang merupakan kelanjutan dari komitmen Indosat untuk menggelar layanan di 645 desa terpencil pada 2022 untuk mendukung Pemerintah dalam memenuhi cakupan 4G di seluruh Tanah Air.
Jumlah BTS 4G yang dimiliki Indosat-Tri jika digabungkan mencapai 97.863 BTS, yang terdiri dari 66.313 BTS milik Indosat dan 31.550 BTS milik Tri.
“Kecepatan dan kapasitas internet juga menjadi dasar bagi operator untuk menentukan layanan pada segmen hiburan seperti e-sport, gaming. Tetapi kebijakannya tetap kepada masing-masing operator dalam mengambil ceruk pada kalangan milenial yang lebih adaptif terhadap inovasi-inovasi baru,” katanya.
Indosat memiliki keunggulan dalam kecepatan download dan upload, sedangkan Tri memiliki keunggulan untuk pengalaman video dan gaming bagi para penggunanya.
Dengan merger, pengguna Indosat-Tri akan menikmati peningkatan pelayanan, khususnya dalam pengalaman upload dan gaming hingga melebihi rata-rata nasional.
Menurut catatan, rata-rata kecepatan upload Indosat-Tri menjadi 5.4 Mbps, di mana rata-rata nasional hanya mencapai 5.0 Mbps. Sedangkan poin pengalaman gaming Indosat-Tri menjadi 58.1/100, di mana rata-rata nasional hanya mencapai 55.
Kompetisi sehat
Pengamat telekomunikasi Kamilov Sagala mengatakan saat ini Indonesia berada pada era digital, tercermin dari aktivitas masyarakat yang sudah terkoneksi dengan internet, seperti layanan, perbankan, perdagangan online, hiburan hingga pendidikan.
Direktur Lembaga Pengembangan Pemberdayaan Masyarakat Informasi (LPPMI) ini menjelaskan, untuk lebih menyempurnakan era digital tersebut, tetap yang menjadi fokus adalah memperluas jaringan telekomunikasi hingga ke daerah 3 T dengan mengoptimalisasi dana universal service obligation (USO).
Menurut Kamilov, konsolidasi industri telekomunikasi seperti yang dilakukan Indosat-Tri merupakan fenomena yang dapat memacu efisiensi, namun sekaligus menciptakan kompetisi yang lebih sehat pada industri yang akhirnya memberikan layanan prima konsumen.
“Pilihan terbaik dalam industri telekomunikasi adalah merger atau akuisisi, karena semua pihak akan mendapatkan keuntungan. Apalagi, aksi korporasi merger ataupun akuisisi perusahaan telekomunikasi mendapat dukungan regulasi melalui UU UU Cipta kerja No.11/2020 dan PP no.4/2021 Postelsiar,” katanya.
Sebelumnya, Director & Chief Operating Officer Indosat Ooredoo Vikram Sinha mengatakan penggabungan Indosat-Tri di Indonesia yang merupakan transaksi telekomunikasi terbesar di Asia bernilai 6 miliar dolar AS, diyakini mampu mempercepat inovasi digital serta kualitas layanan di Indonesia.
"Selain itu penggabungan dua perusahaan juga memberikan kontribusi terhadap rencana pemerintah Indonesia menuju sebuah negara ekonomi digital," kata Vikram.
Perusahaan gabungan akan memiliki skala, kemampuan keuangan, dan keahlian untuk bersaing dengan lebih efektif.