Samarinda (ANTARA) - Direktur RSI Samarinda, Kalimantan Tumur Didik Santoso mengatakan untuk membuka layanan rawat inap pihaknya membutuhkan dana sekitar Rp10,4 miliar sebagai pemenuhan kebutuhan medis dan nonmedis rumah sakit.
Didik berharap Gubernur Kaltim Isran Noor bisa memberikan solusi, sehingga rumah sakit yang sudah lama tidak beroperasi tersebut segera memberikan layanan kesehatan maksimal kepada masyarakat.
"Saat ini layanan yang sudah dibuka, yakni Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan belum membuka layanan rawat inap," kata Didik Santosa saat beraudensi dengan Gubernur Kaltim Isran Noor, Jumat.
Gubernur Provinsi Kalimantan Timur Isran Noor berharap Rumah Sakit Islam (RSI) Samarinda dapat segera beroperasi secara penuh untuk melayani pasien.
“Segera saja kirimkan surat ke BUMD untuk program CSR (corporate social responcibility). Sampaikan secara transparan,” kata Gubernur Isran Noor.
Isran mengingatkan agar CSR perusahaan itu dijelaskan terkait apa yang diperlukan. Jadi, setiap BUMD bisa memberikan CSR dalam bentuk yang berbeda-beda untuk keperluan medis atau nonmedis.
“Tapi dijelaskan dalam suratnya, apa barangnya, jumlahnya, spesifikasinya dan lain sebagainya. Yang penting jangan dalam bentuk uang. Tapi natura (barang),” kata Gubernur.
Isran juga menyetujui Yayasan Rumah Sakit Islam (Yarsi) mengajukan permohonan untuk APBD Perubahan tahun ini. Untuk keperluan peralatan medis, alokasi bisa melalui Dinas Kesehatan, sementara untuk fisik dan bangunan bisa melalui Dinas Pekerjaan Umum.
Mantan Bupati Kutai Timur ini berharap RSI bisa segera beroperasi secara normal untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Sementara itu, Ketua Yarsi Ajie Syirajudin mengatakan secara perlahan operasional rumah sakit akan kembali pulih seperti sedia kala. "Pelan-pelan akan kita lengkapi. Dimulai dari IGD dulu. Mohon doa masyarakat agar RSI bisa kembali seperti dulu dan lebih baik," kata mantan Direktur AWS Samarinda itu.