Balikpapan, 23/4 (ANTARA) - Panglima Daerah Militer VI Mulawarman Mayor Jenderal TNI Subekti mengatakan pihaknya akan mengerahkan Detasemen Zeni Tempur Kodam VI untuk membangun dan menambah panjang landasan tiga bandar udara di perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan Timur.
"Membangun dan menambah panjang landasan itu agar pesawat Hercules bisa mendarat di bandara-bandara tersebut," kata Panglima Daerah Militer (Pangdam) Mayjen TNI Subekti di Balikpapan, Senin.
Ketiga bandara tersebut adalah Bandara Yuvai Semaring di Long Bawan, Krayan, Nunukan, dengan panjang landasan pacu 900 meter lebar 23 meter; Bandara Long Ampung di Kayan Selatan, Malinau dengan panjang landasan 850 meter lebar 23 meter; Bandara Datah Dawai di Long Lunuk, Long Pahangai, Kutai Barat dengan panjang landasan 750 meter lebar 23 meter.
Tentara Nasional Indonesia (TNI) juga akan jadi pengelola ketiga bandara tersebut, kata Pangdam.
Pesawat pengangkut pasukan bersenjata lengkap dan kargo udara Hercules C130 yang kapasitas penuhnya mencapai 70 ton memerlukan panjang landasan 1.093 meter untuk lepas landas maupun mendarat.
"Jadi, landasan yang ada sekarang kami akan perpanjang hingga dua kali lipatnya, hingga minimal 1.600 meter," papar Pangdam Subekti.
Bandara Long Bawan yang sedang dikerjakan saat ini panjang landasannya sudah 1.100 meter dengan lebar 30 meter.
Pengembangan bandara di perbatasan ini, menurut Pangdam, sejatinya adalah program Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dengan dukungan anggaran dari APBD Kaltim. Adapun besarnya anggaran, yakni Bandara Long Bawan sebesar Rp120 miliar, Bandara Long Apung Rp130 miliar, dan Bandara Datah Dawai Rp150 miliar.
Ia menjelaskan pelibatan TNI itu karena ketiga bandara juga memiliki posisi strategis pertahanan keamanan. "Bukan kebetulan kami TNI punya prajurit zeni yang selain jago bertempur juga piawai membangun," kata Pangdam.
Selain itu, kata dia, karena kondisi geografis yang sulit dicapai melalui transportasi darat dan harga-harga material yang berkali-kali lipat harga normalnyaa, pengembangan bandara tersebut kesulitan mendapat kontraktor pengerjaan.
Hercules menjadi patokan selain karena pesawat militer, C130 ini sesungguhnya pesawat besar atau berbadan lebar yang paling pendek kebutuhan landasan lepas landasnya.
Dalam keadaan setengah kosong atau dalam bobot 36 ton, pesawat itu hanya perlu lebih kurang 450 meter untuk take off dan landing.
"Jadi, kami tidak hanya bisa menerjunkan pasukan di perbatasan, tetapi juga bisa menjemput mereka," kata Pangdam.
Hercules, lanjut dia, juga mampu mendarat di landasan rumput atau tanah begitu saja tanpa disiapkan secara khusus.
Apabila sudah dikembangkan nanti, selain Hercules, pesawat sekelas Airbus 130 atau Boeing 737ER yang berpenumpang hingga 150 orang bisa mendarat di tiga bandara tersebut. Jenis pesawat itu juga dimiliki maskapai perintis seperti Trigana Air.
Pangdam Subekti juga mengatakan bahwa TNI akan bekerja sama dengan Malaysia untuk menyuplai material dalam proses pembangunan tersebut.
"Kalau disuplai dari Indonesia harga semen bisa mencapai Rp1,3 juta per sak. Kalau didatangkan dari Malaysia cuma Rp300 ribu per sak," katanya.
Peningkatan kapasitas bandara di perbatasan ini akan memperlancar distribusi barang serta orang. Kelancaran itu diharapkan akan menekan harga barang di perbatasan serta mengurangi keterisoliran dari dunia luar. Proyek ini, kata dia, dijadwalkan selesai seluruhnya pada tahun anggaran 2013.
Dikatakan anggota Komisi V DPR RI Hetifah Sjaifudian, kenyamanan untuk ukuran masyarakat sipil juga jangan dilupakan meskipun bandara dibangun oleh militer.
"Pada awalnya bandara itu untuk melayani masyarakat sipil. Dan, pasti apa yang nyaman buat sipil, pasti enak juga buat tentara," katanya. (*)
Denzipur Bangun Bandara di Perbatasan
Senin, 23 April 2012 7:50 WIB