Samarinda (ANTARA) -
Pemprov Kaltim melaunching gerakan diversifikasi pangan lokal pengganti nasi sebagai sumber pangan utama masyarakat. Ini bukan sekadar gerakan mengurangi nasi, tapi untuk menjaga kesehatan masyarakat.
Launching ditandai gerakan makan sup singkong bersama oleh Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi, Ketua TP PKK Norbaiti Isran Noor, Wakil Ketua TP PKK Kaltim Erni Makmur Hadi Mulyadi, dan Kepala Dinas Pangan, TPH Dadang Sudarya bersama tamu undangan yang hadir sambil meneriakkan jargon "kenyang tidak harus nasi".
Wagub Kaltim Hadi Mulyadi mengatakan nasi menjadi makanan pokok orang Indonesia selama ini. Bahkan ada istilah tidak kenyang bila tidak makan nasi.
Sebagai sumber karbohidrat yang penting bagi tubuh, nasi bukanlah satu-satunya. Ada banyak bahan panganan lokal yang memiliki kandungan karbohidrat kompleks dan kandungan gizi selain nasi.
.
"Ini bukan sekadar mengurangi nasi tapi lebih kepada kesehatan. Bukan sekadar membuat tubuh menjadi langsing tapi yang terpenting untuk kesehatan," tutur Wagub Hadi Mulyadi pada Festival Pangan Lokal dan Launching Diversifikasi Pangan Lokal di Ruang Ruhui Rahayu, Kantor Gubernur Kaltim, Selasa (27/10).
Menurutnya, sudah sepatutnya harus berusaha memberikan kesadaran bagi masyarakat tentang pentingnya bercocok tanam, diversifikasi pangan lokal dan ketahanan pangan.
Jadi perlu diberikan kesadaran bahwa yang namanya makan itu tidak harus nasi.
Ketua TP PKK Kaltim Norbaiti Isran Noor berharap, masyarakat bisa mulai mengonsumsi selain beras dan tepung.
Bahan makanan yang dapat mudah dicari ialah singkong, talas, pisang, dan sukun.
"Kami berharap nanti masyarakat Kaltim dapat mengonsumsi singkong minimal 2 kg dalam sebulan sebagai pengganti nasi," tutur Norbaiti.
Kepala Dinas Pangan, TPH Dadang Sudarya mengatakan kegiatan untuk mendukung pengembangan penganekaragaman konsumsi pangan diimplementasikan melalui penerapan konsumsi pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman (B2SA) guna mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas.
"Kita terus dorong penerapan konsumsi pangan B2SA dengan memanfaatkan olahan pangan lokal. Memacu kreativitas dan inovasi pengembangan pangan lokal bernilai komersial," tutur Dadang.
Kegiatan ini sebagai tindak lanjut surat Menteri Pertanian RI No. 95/KN.220/M/6/2020 dan Surat Gubernur Kalimantan Timur No. 521/416/Ek tentang imbauan menkonsumsi pangan lokal dengan menerapkan menu non beras minimal 1 hari dalam 1 bulan.
Dalam Launching tersebut juga diadakan festival lomba-lomba dan talkshow.
Kegiatan cipta menu diikuti oleh lima kabupaten/kota se Kaltim yakni Samarinda, Kutai Kartanegara, Kutai Timur, Kutai Barat dan Mahakam Ulu.
Selain lomba antar kabupaten/kota, juga diadakan lomba dengan target peserta Pelaku Usaha Cathering UMKM antar kecamatan se Kota Samarinda.
Lomba cipta menu mempertandingkan tiga kategori yakni Paket Lunch Box B2SA dengan target peserta Tim PKK kabupaten/kota, Katagori Produk Olahan Pangan Lokal Komersial dalam Kemasan dengan target peserta Instansi yang menangani ketahanan pangan kabupaten/kota dan Kategori Paket Lunch Box B2SA beserta kudapan dengan target peserta Pelaku Usaha Cathering UMKM kecamatan se Kota Samarinda.
"Tim juri yang ditunjuk pada Festival Pangan Lokal Tingkat Provinsi Tahun 2020 ini terdiri dari lima unsur yakni Dinas Kesehatan, Tim Penggerah PKK, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Asosiasi Chef Indonesia (ICA), dan Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT)," jelasnya.
Ahli gizi dari Universitas Mulawarwan, Samarinda Prof. Dr. Bernatal Saragih, M.Si mengatakan 25 persen kebutuhan gizi bisa diserap melalui produk pangan lokal seperti, sayur, buah, singkong atau umbi- umbian dan ikan untuk menghindari dominasi nasi dan tepung terigu.
"Bila dikemas dan diolah secara menarik, maka produk pangan lokal ini pastinya juga akan diminati masyarakat, namun juga harus diperhatian kombinasi makanan yang disajikan mempunyai kadar gizi yang cukup, misalnya kombinasi singkong dengan ikan, atau sayur,"ujarnya.