Samarinda (ANTARA News Kaltim) - Pengrajin tas anyaman khas Dayak di Samarida, Kalimantan Timur, mulai mengeluhkan kesulitan mendapatkan rotan.
"Rotan merupakan bahan baku pembuatan tas khas Dayak dan saat ini sudah mulai sulit ditemukan. Bahan baku tersebut kami peroleh dari Kutai Barat," ungkap seorang pengrajin anyaman tas khas Dayak yang terbuat dari rotan di Samarinda, Flora Ulau, Kamis.
Tas anyaman rotan atau 'anjat' kata dia merupakan kerajinan khas suku Dayak yang banyak diminati para turis.
"Bukan hanya turis tetapi anyaman rotan khas Dayak ini juga banyak dipesan oleh para pejabat maupun masyarakat umum. Biasanya, tas ini dipesan pada acara khusus atau ada tamu dan pejabat yang akan diberikan sebagai cinderamata," katanya.
"Namun, produksi tas anyaman rotan khas dayak ini tidak seperti dulu sebab kami sedikit kesulitan mendapatkan bahan bakunya dan harganya pun cukup mahal. Jadi, kami juga terpaksa menjualnya dengan harga tinggi," ungkap Flora Ulau.
Selain rotan, bahan pembuatan anyaman tas khas Dayak itu juga kata dia menggunakan manik-manik dan ulap doyo.
"Ada tiga jenis bahan yang digunakan untuk membuat tas anyaman khas Dayak. Untuk tasnya, dibuat menggunakan anyaman rotan dan hiasannya pakai manik-manik sementara resleting menggunakan ulap doyo yang juga diperoleh dari Kutai Barat," kata Flora Ulau.
Proses pembuatan anyaman rotan khas Dayak juga lanjut Flora Ulau juga memakan waktu yang cukup lama yakni mencapai satu hingga dua hari.
Batang rotan sepanjang dua meter tersebut dipotong hingga menjadi beberapa bagian selanjutya dihaluskan agar tidak mudah patah saat dianyam.
"Jika orang yang sudah mahir proses penganyaman hanya berlangsung satu hari sehingga sebuah tas yang sudah lengkap dengan hiasan manik-maniknya dapat selesai selama dua hingga tiga hari. Harga tas anyaman rotan khas Dayak ini kami jual mulai Rp400 ribu hingga Rp750. 000, tergantung ukuran dan motifnya. Semakin sulit motifnya harganya pun juga akan lebih mahal," kata Flora Ulau.
Selain 'anjat' atau tas gendong, Flora Ulau yang mempekerjakan sembilan pengrajin tersebut juga memproduksi berbagai pernak-pernik suku Dayak, mulai topi hingga pakaian adat.
"Kami juga membuat anyaman tas komputer jinjing sebab banyak juga yang pesan. Kami tidak bisa memperkirakan produksi per hari sebab tergantung pesanan. Pernah kami memproduksi tas mencapai 200 buah dalam sebulan karena ada sebuah perusahaan yang memesan," katanya.
"Tas produksi kami juga beberapa kali ikut pameran hingga keluar negeri. Kami berharap, kerajinan khas Dayak ini bisa tetap eksis sebab ini menjadi salah satu budaya dan kebanggaan warga Dayak dan warga Kaltim umumnya," ungkap Flora Ulau. (*)