Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Dinas Kesehatan Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, mencatat sampai Maret ini sudah terjadi 216 kasus demam berdarah dengue, dengan satu anak usia 4 tahun tewas oleh penyakit bawaan nyamuk Aedes aegypti tersebut.
"Dari survai petugas ke rumah korban, kami temui banyak sekali jentik nyamuk di tempat-tempat air menggenang," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota (Dinkes) Balikpapan dr Balerina, Minggu.
Rumah korban itu Kelurahan Gunung Bahagia. Karena itu ia kembali mengingatkan masyarakat untuk kembali menggalakkan pola hidup sehat dan menjaga kebersihan lingkungan dengan 3M, yaitu menguras, menutup, mengubur.
"Rutin menguras air di bak mandi, menutup tempat-tempat air seperti drum atau tempayan, dan mengubur barang-barang yang bisa jadi penampung air dan jadi sarang nyamuk," kembali Kepala Dinkes menjelaskan. Apalagi musim hujan masih akan berlangsung sampai April mendatang. Penggunaan kelambu dan anti nyamuk juga disarankan.
Selain itu Dinkes juga menemukan bahwa kebanyakan korban meninggal karena orangtua korban terlambat membawa ke pelayanan kesehatan dan terlambat mendapatkan pelayanan dari petugas medis.
Menurut dr Balerina, keterlambatan itu diantaranya disebabkan banyak orangtua yang mencoba-coba mengobati sendiri anaknya yang sakit dengan obat yang bebas dijual di warung atau di apotek. Anak yang panasnya tinggi, misalnya, dikasih parasetamol.
Padahal, dalam kasus DBD, sering panas anak turun naik. Ketika panasnya tinggi, orangtua khawatir, tapi ketika panasnya turun di sore hari, orangtua kira sudah sembuh.
"Jadi kalau anak sakit, bawa aja ke Puskesmas agar mendapatkan perawatan yang tepat. Luangkan waktu, ini demi anak-anak kita juga," kata dr Balerina.
Prosedur standar di Puskesmas untuk penanganan pasien yang dicurigai terkena demam berdarah adalah dengan periksa darah. Namun sebelum itu, pasien dipantau dulu keadaanya selama 2-3 hari. Bila pola panas badannya naik turun, maka dokter akan meminta periksa darah, dan bila positif ada virus DBD di dalam darah, pasien akan dirawat intensif dengan cara rawat inap di rumah sakit.
"Itu pun kalau masih bisa makan minum, pasien masih boleh dirawat di rumah dengan terus diawasi dokter atau perawat dari Puskesmas. Kalau lemas dan makin menurun kondisinya, baru dirujuk ke rumah sakit," kata Kepala Dinkes.
Dengan tanggungan BPJS Kesehatan ia berharap tidak ada lagi warga yang takut berobat.
"Tapi sekali lagi, yang paling utama itu mencegah. Selalu jaga kebersihan rumah dan lingkungan. Tutup tempat air bersih, kuras rutin bak mandi, dan kubur barang-barang yang bisa jadi penampung air hujan lalu jadi sarang nyamuk," demikian Kepala DKK. (*)