Jakarta (ANTARA News) - Setara institute menilai pemberian gelar pahlawan nasional untuk Presiden kedua Indoensia, Soeharto, akan selalu menimbulkan kontroversi karena belum dilakukan klarifikasi politik terhadap penguasa orde baru itu.
"Gelar Pahlawan untuk Soeharto masih prematur karena klarifikasi politik atas peranannya dalam berbagai peristiwa politik dan kekerasan sistematis belum pernah dilakukan, sehingga tidak pernah akan diperoleh fakta obyektif atas kepahlawanan Soeharto," kata Ketua Setara Institute, Hendardi, yang juga pegiat HAM, di Jakarta, Selasa.
Menurut Hendardi, Soeharto banyak mencatatkan praktik antikepahlawanan selama memimpin bangsa, sekalipun tetap diakui ada peran positif Soeharto.
Lebih lanjut, Hendardi mengatakan, dibanding mengkaji upaya pemberian gelar pahlawan, lebih baik pemerintah melakukan klarifikasi politik atas kejahatan Soeharto.
"Termasuk dalam peristiwa 'kudeta' atas Soekarno, berbagai pelanggaran HAM dan korupsi. Klarifikasi politik ini dipilih karena tidak mungkin lagi melakukan proses hukum atas Soeharto karena kehilangan subyek," katanya.