Samarinda (ANTARA News) - Pihak DPRD Kalimantan Timur meminta kepada Pemkab Kutai Barat untuk lebih memperhatikan penanganan kawasan Kersik Luway, mengingat kondisi cagar alam yang menjadi taman anggrek hitam (coelogyne pandurata) terluas di dunia itu tampak kurang terawat.
"Kondisi Cagar Alam Kersik Luwai cukup menyedihkan. Lihat saja dimana-mana tumbuh belukar, selain itu sampah-sampah berserakan sehingga merusak pemandangan dan jelas menghambat upaya pelestarian cagar alam tersebut," kata anggota DPRD Kaltim, Datu Yaser Arafat di Samarinda, Selasa.
Sekretaris Komisi IV DPRD Kaltim itu mengatakan bahwa Kersik Luwai merupakan salah satu obyek wisata andalan Kabupaten Kutai Barat.
"Daerah ini memiliki keunikan karena menjadi taman anggrek hitam terluas di dunia, seharusnya dikelola dengan baik untuk menarik para wisatawan lokal maupun mancanegara, sehingga menambah pendapatan daerah," kata dia yang belum lama ini melihat langsung kondisi Kersik Luway.
Menurutnya bahwa cagar alam yang kaya jenis anggrek tersebut harus mendapat perhatian dari Pemkab Kubar maupun Pemprov Kaltim, mengingat akan arti strategis kawasan yang memiliki keunikan yang hanya satu-satunya di dunia.
"Kita khawatir apabila tidak terawat maka tanaman lain yang akan subur dan matikan anggrek hitam itu," katanya.
Kawasan Cagar Alam Kersik Luway, selain dikenal sebagai taman anggrek hitam, juga memiliki keunikan lain, yakni pada kawasan seluas 5.000 Ha itu terdapat hamparan padang pasir di tengah hutan belantara.
Diperkirakan karena kurangnya penanganan cagar alam itu, maka beberapa kali hutan dan lahan di kawasan Kersik Luwai mengalami kebakaran hebat, khususnya pada 1982 dan 1998.
Kawasan cagar alam itu, kembali mengalami musibah kebakaran cukup hebat, yakni pada 21 September sampai 24 September 2009 sehingga menghanguskan sekitar 1.000 Ha lahannya.
"Bukan tidak mungkin tanaman anggrek hitam itu akan punah di Kersik Luway akibat bencana kebakaran hutan serta kalah dengan tumbuhan lainnya," imbuh politisi Kaltim dari PDI Perjuangan itu.
Terkait pendanaan untuk pemeliharaan cagar alam itu, kata dia bahwa DPRD Kaltim siap mendukung program Pemkab Kutai Barat dalam upaya pelestariannya.
Kersik Luwai adalah merupakan habitat bagi spesies anggrek hutan lainnya , seperti anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum), anggrek merpati (Dendrobium rumenatum), dan anggrek sragotanga (Coelogyne foerstermanii). Selain itu banyak dijumpai kantong semar (Nephentes sp).
Kepala Dinas Kehutanan Kaltim Ahmad Delmy saat dikonfirmasikan mengenai musibah yang menimpa kawasan itu menegaskan bahwa pihaknya telah berupaya menyelamatkan spesies tumbuhan di Kersik Luwai, terutama anggrek hitam dengan cara rehabilitasi.
Menyinggung tentang hambatan rehabilitasi bagi kawasan cagar alam sesuai No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan pada ayat 2.
"Yang terpenting program rehabilitasi tidak mengubah fungsi hutan karena jika tidak dilakukan rehabilitasi, spesies anggrek hitam bisa terancam kelestariannya, begitu pula dengan puluhan spesies lainnya," papar dia.
Program rehabilitasi meliputi perbaikan kondisi tanah dan spesies tumbuhan agar lebih mudah dan cepat tumbuh, bukan mengubah fungsi dasar hutan.
"Program rehabilitasi itu juga kami koordinasikan dengan semua pihak, baik dari Pemkab Kutai Barat, UPTD Dishut, termasuk BKSDA Kaltim agar tidak salah," ujar Ahmad Delmy.
Cagar Alam Kersik Luway Kurang Terawat
Selasa, 22 Desember 2009 18:03 WIB