Balikpapan (ANTARA) - Dinas Perpustakaan dan Arsip (Disputakar) Kota Balikpapan terus berinovasi menghadirkan berbagai layanan literasi yang relevan di era digital, termasuk mengembangkan platform digital dan kegiatan interaktif berbasis komunitas.
“Kita tahu sekarang perpustakaan yang dulunya hanya konvensional, sekarang harus menyesuaikan perkembangan zaman. Karena ada program digitalisasi, maka kita juga harus menghadirkan perpustakaan digital,” ujar Kepala Disputakar Kota Balikpapan Elvin Djunaedi di Balikpapan, Kamis (7/8).
Ia mengemukakan, sebagai langkah konkret yang sudah dilakukan adalah menghadirkan aplikasi iBalikpapan yang merupakan sebuah platform digital yang memuat hampir 10.000 eksemplar buku.
Melalui aplikasi tersebut, memungkinkan warga membaca buku dari mana saja, cukup lewat ponsel atau perangkat elektronik lainnya.
“Masyarakat tidak perlu datang langsung ke gedung perpustakaan. Lewat iBalikpapan, mereka bisa membaca secara online, lebih praktis,” lanjut Elvin.
Namun, ia menyadari bahwa kemudahan akses digital bukan tanpa tantangan. Salah satu yang cukup mencolok adalah kebiasaan anak-anak dan remaja yang cenderung lebih banyak menggunakan ponsel untuk bermain gim atau berselancar di media sosial.
“Yang kami tidak harapkan itu, anak-anak menggunakan HP hanya untuk buka media sosial berjam-jam. Padahal, gawai bisa dimanfaatkan untuk membaca buku digital. Ini yang ingin kita dorong ke depan,” ujarnya.
Elvin menilai, tantangan ini justru bisa menjadi peluang besar bila pendekatannya tepat. Oleh sebab itu, perpustakaan tidak hanya hadir secara digital, tetapi juga memperkuat kehadirannya di ruang publik dan komunitas.
“Kita juga punya spot baca di taman-taman, kemudian ada Buncu Baca dari Provinsi, dan Pojok Baca Digital (POKADI) di kantor DPMPTSP Balikpapan. Itu semua untuk menunjang literasi masyarakat dan mendekatkan buku ke warga,” katanya.
Langkah lainnya adalah membangun kebiasaan membaca sejak dini. Dinas Perpustakaan Balikpapan aktif bekerja sama dengan HIMPAUDI untuk menjadwalkan kunjungan anak-anak PAUD ke perpustakaan setiap hari secara bergiliran.
“Kami menerima kunjungan anak-anak PAUD yang datang bergantian setiap hari. Di sini mereka dapat edukasi lewat wisata perpustakaan, cerita dongeng, dan pengenalan dunia baca. Harapannya, mereka tumbuh dengan kecintaan terhadap buku,” tutur Elvin.
Menjawab tantangan zaman, perpustakaan juga berubah wajah menjadi ruang belajar dan aktivitas kreatif. Di dalam gedung perpustakaan, tersedia berbagai kelas keterampilan yang terbuka untuk umum.
“Kami adakan kelas komputer, keterampilan, bahkan ada kelas menari. Perpustakaan kini bukan hanya tempat membaca, tapi juga ruang untuk tumbuh, berkarya, dan berkegiatan,” tambahnya.
Ia mengakui, masih ada kendala di lapangan, terutama soal akses internet di beberapa wilayah. Namun menurutnya, itu bukan penghalang besar selama ada kemauan untuk mendorong perubahan.
“Kalau kendala ya paling soal internet. Tapi ini justru jadi peluang. Anak-anak sekarang sudah akrab dengan teknologi, tinggal diarahkan ke hal yang lebih positif,” jelas Elvin.
Meski berada di tengah era yang serba cepat dan serba digital, minat baca masyarakat Balikpapan justru menunjukkan tren positif. Terbukti dari peningkatan jumlah pengunjung perpustakaan yang kini mencapai 80 ribu orang per tahun.
“Alhamdulillah, sekarang pengunjung perpustakaan sudah meningkat. Itu artinya, meski ada tantangan, perpustakaan tetap relevan,” ucapnya.
Ke depan, Dinas Perpustakaan Kota Balikpapan berkomitmen untuk terus berinovasi dan beradaptasi. Baik dengan menghadirkan layanan berbasis teknologi, maupun memperkuat aktivitas literasi berbasis komunitas.
“Kita akan terus dorong inovasi. Yang penting bagaimana masyarakat tetap membaca, baik lewat buku cetak maupun digital. Itu kuncinya,” pungkas Elvin. (Adv).
