Balikpapan (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Balikpapan terus menanamkan budaya sigap bencana kepada masyarakat, terutama kalangan pelajar, melalui pelatihan kebencanaan sejak dini. Langkah ini dinilai penting untuk membentuk kesiapsiagaan kolektif dalam menghadapi berbagai potensi bencana alam maupun non alam di wilayah perkotaan.
“Pelatihan kita laksanakan bersama pelajar baik di sekolah maupun di kantor Unit Pelaksana Teknis (UPT),” kata Kepala BPBD Balikpapan Usman Ali di Balikpapan, Rabu (21/5).
Menurut Usman, hal ini penting agar anak-anak memahami apa yang harus dilakukan ketika menghadapi situasi darurat.
Ia menjelaskan, pelajar merupakan kelompok yang sangat strategis untuk ditanamkan pengetahuan dasar kebencanaan.
Melalui pelatihan yang bersifat praktis dan aplikatif, seperti simulasi evakuasi dan pengenalan alat keselamatan, para siswa diajarkan untuk tetap tenang, cepat tanggap, serta mampu melindungi diri maupun orang lain saat terjadi bencana.
BPBD menekankan bahwa membentuk karakter sigap dan waspada terhadap bencana perlu dimulai dari usia sekolah.
"Budaya ini diharapkan akan terbawa hingga dewasa dan menjadi kebiasaan positif di lingkungan masing-masing," tuturnya.
Seiring dengan semangat itu, BPBD juga tetap memberikan pelatihan kepada masyarakat umum dan lingkungan perusahaan, sebagai bagian dari upaya membangun ketangguhan komunitas.
"Masing-masing pelatihan disesuaikan dengan karakter risiko yang ada di lingkungan peserta," ujarnya.
Kendati demikian, ujar Usman, pada tahun ini pelaksanaan pelatihan mengalami penyesuaian dari segi volume karena keterbatasan anggaran.
“Volumenya akan diperkecil karena situasi anggaran yang perlu kita hemat. Tapi kegiatan pelatihannya tidak kami hentikan, tetap berjalan,” ujar Usman.
Dikemukakannya, meski demikian BPBD tetap membuka peluang bagi sekolah, warga, maupun perusahaan yang ingin mengajukan pelatihan secara langsung.
Usman menegaskan pihaknya akan merespons setiap permintaan pelatihan sebagai bentuk komitmen dalam memperluas edukasi kebencanaan.
“Kalau ada sekolah yang minta, kita siap datang. Begitu juga masyarakat atau perusahaan yang ingin pelatihan, kita fasilitasi,” tambahnya.
Diharapkan melalui pelatihan berkelanjutan, maka budaya sigap bencana tidak hanya dimiliki oleh individu, tetapi juga melekat dalam lingkungan keluarga, sekolah, tempat kerja, dan komunitas.
“Mudah-mudahan tahun 2025 ini kebencanaan semakin menurun. Kita juga berharap masyarakat tetap siaga dan tidak lengah terhadap potensi bencana yang bisa datang kapan saja,” pungkas Usman.