Samarinda (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur menggelar simulasi program Makan Bergizi Gratis di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Samarinda untuk menguji coba pelaksanaan program sebelum diterapkan secara menyeluruh pada tahun 2025.
"Simulasi ini memberikan gambaran bagaimana nantinya makanan sehat disajikan dalam bentuk yang unik, praktis, dan disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak, terutama di SLB yang memiliki kebutuhan khusus," ujar Sekretaris Daerah Provinsi Kaltim Sri Wahyuni di Samarinda, Selasa.
Ia menjelaskan bahwa simulasi ini penting untuk mendapatkan masukan dan menyempurnakan program, terutama dalam hal pengemasan dan distribusi makanan.
Sri menyebutkan, harga per porsi Makan Bergizi Gratis ditetapkan sebesar Rp17.000, sembari masih menunggu petunjuk teknis dari pemerintah pusat.
"Melalui simulasi ini, kita dapat menyiapkan pola perencanaan, kemasan, distribusi, dan bahan baku dengan baik karena makan siang gratis nantinya tidak boleh terputus dan harus berkelanjutan," jelasnya.
Sri Wahyuni juga menyampaikan bahwa pemerintah provinsi akan memberdayakan masyarakat setempat dalam penyediaan Makan Bergizi Gratis ini.
"Kami akan libatkan TNI, Brimob, UMKM, TP PKK, dan komunitas. Dengan standar dan tanggung jawab sosial yang jelas, kita dapat menghidupkan UMKM dan petani lokal," tambahnya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kaltim Irhamsyah mengungkapkan bahwa total sasaran simulasi Makan Bergizi Gratis di Penajam Paser Utara, Balikpapan, dan Samarinda mencapai sekitar 2.280 siswa.
"Pemprov Kaltim berkomitmen menyukseskan program Makan Bergizi Gratis ini. Kami menyiapkan anggaran, mungkin juga akan ada dukungan dari pusat. Saat ini kami masih menunggu petunjuk teknis dari pemerintah pusat dan menyiapkan data siswa penerima manfaat," katanya.
Irhamsyah menjelaskan bahwa penyediaan Makan Bergizi Gratis untuk anak-anak berkebutuhan khusus di SLB memerlukan perhatian khusus.
Dipaparkannya, berdasarkan masukan dari ahli gizi dari Dinas Kesehatan Kaltim, menu untuk anak berkebutuhan khusus tidak bisa disamakan dengan anak-anak pada umumnya.
"Misalnya, susu yang diberikan harus susu nabati, bukan susu hewani, karena dikhawatirkan tidak cocok untuk mereka, terutama bagi anak autis," jelasnya.
Selain itu, pihaknya juga melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kemasan makanan.
"Ternyata, ada kesulitan bagi anak SLB dalam membuka kemasan plastik. Mereka membutuhkan bantuan untuk menyiapkan makanan. Ini menjadi bahan evaluasi kami," tambahnya.
Disdikbud Kaltim berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan, TNI, dan Polri dalam menyiapkan dapur umum untuk simulasi ini. Tujuannya adalah untuk melihat kesiapan dan melakukan evaluasi terhadap program Makan Bergizi Gratis ini.
Kepala SLB Negeri Samarinda, Margono, menjelaskan bahwa total siswa yang mengikuti simulasi Makan Bergizi Gratis di sekolahnya sebanyak 167 siswa, meliputi jenjang SMP dan SMA.
Ia merinci, siswa SDLB sebanyak 78 orang, SMPLB sebanyak 61 orang, dan 28 adalah siswa SMALB.
"Jenis kebutuhan khusus terbanyak adalah tunagrahita dan autis, diikuti tunarungu wicara, dan tunanetra," tambahnya.
Menurut Margono, program Makan Bergizi Gratis dinilai membantu menstimulasi nafsu makan siswa, terutama bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang lebih bergairah jika berkumpul menyantap makanan bersama temannya.