Balikpapan (ANTARA) - Staf Bagian Gizi Puskesmas Baru Tengah, Balikpapan Barat, Kota Balikpapan, Zety Chrisna Manik mengungkapkan setidaknya 62 anak mengalami kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis (stunting) pada 2022 di Kelurahan Baru Ilir. Jumlah itu menjadi 103 anak pada Juni 2023.
Data jumlah anak stunting itu disampaikan Zety Manik dalam Sosialisasi Pencegahan dan Penurunan Angka Stunting serta Sosialisasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Dengan dukungan PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Unit Balikpapan, Kelompok Program Warga Siaga Sehat (Wasiat) Sejahtera Baru Ilir 51 menggelar kegiatan pencegahan stunting itu di aula Gereja Petrus dan Paulus. Angka 51 dipakai sebab Wasiat digerakkan oleh warga RT 51 Baru Ilir.
Gerilya Wasiat Sejahtera Baru Ilir 51 melawan stunting mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.
Peningkatan jumlah dari 62 anak menjadi 103 anak, menurut Zety, menjadi indikasi ada upaya yang masih urang. Apa atau siapa yang salah, ujarnya, dapat dilacak mulai dari pemahaman atau definisi tentang stunting.
Mengutip definisi yang dibuat Kementerian Kesehatan RI, stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan pada anak akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Stunting ditandai dengan kurangnya tinggi badan anak dibandingkan dengan anak-anak seusianya.
Baca juga: Pemkab Kukar targetkan stunting turun jadi 10 persen
Ada lagi istilah yang sangat teknis; masih menurut Kementerian Kesehatan RI, anak di bawah usia lima tahun (balita) dikatakan mengalami stunting jika nilai z-skornya kurang dari -2SD.
Z-skor adalah nilai simpangan berat badan atau tinggi badan dari nilai berat badan atau tinggi badan normal menurut baku pertumbuhan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO/World Health Organization). Nilai simpangan itu berarti nilai kekurangan. Bayi yang baru lahir berat badan normalnya adalah 2.500 gram atau 2,5 kg.
“Kurang dari itu, berarti ada tanda-tanda stunting,” kata Zety tentang tanda-tanda atau indikasi stunting. Sebab, stunting tidak hanya soal berat badan kurang atau tinggi badan tidak mencapai rata-rata anak-anak seumuran.
Masih mengutip Kementerian Kesehatan, setidaknya sampai usia anak dua tahun, keadaan indikasi stunting itu masih bisa diperbaiki dan diatasi.
“Jadi itulah sebabnya kami gelar acara itu, juga Puskesmas rajin sosialisasi, mengabarkan kepada ibu-ibu semua, kepada para orang tua,” kata Staf Promosi Kesehatan Puskesmas Baru Ilir Novia Murti Sari pada kesempatan yang sama.
Novia menyatakan mencegah stunting itu tidak susah karena sebagian besar persoalan hanya soal makan.
Baca juga: Sekda:Penurunan stunting di Kutai Kartanegara dilakukan terintegrasi
Bila anak masih bayi, air susu ibu (ASI) menjadi menu utama. Sedangkan agar ASI tersedia banyak, ibu perlu makan sayur dan buah, serta protein sesering mungkin. Protein bisa dari ikan, daging, telur, ayam, tahu, atau tempe.
Semua bahan, terutama sayur dan buah, tersedia di pasar dengan harga yang relatif terjangkau. Seikat sayur daun katuk yang dipercaya bisa meningkatkan produksi ASI.
Menurut Novia, di Pasar Pandansari Balikpapan, harga daun katuk sekira Rp7.000 satu ikat. Lebih murah lagi, kalau warga bisa menanam sendiri di pekarangan.
“Jangan lupa juga imunisasi sesuai jadwal,” kata Novia tentang pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak saat imunisasi.
Selain konsumsi bagi tubuh, Novia juga mengingatkan warga agar berperilaku hidup sehat dan bersih, dengan tidak membuang sampah sembarang tempat. Mereka juga diminta sering membersihkan kamar mandi dan toilet, serta saluran sanitasi yang jauh dari sumber mata air.
“Tinggal dipraktikkan saja. Apalagi agama juga mengajarkan, kebersihan sebagian dari iman,” kata Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial Kecamatan Balikpapan Barat Baidowi.
“Penerapannya pada setiap keluarga mungkin berbeda-beda. Ada ibu yang juga bekerja, ada keluarga yang kondisi ekonomi menjadi penghambat. Tapi, bukan tidak mungkin pencegahan stunting dilakukan. Semua bisa menyesuaikan dengan keadaan masing-masing,” kata Ketua RT 51 Muhammad Yusup.
Stunting merupakan isu nasional yang menjadi perhatian penuh pemerintah. Pemerintah telah menargetkan penurunan angka stunting dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
Dalam RPJMN 2020-2024 itu, jumlah angka stunting ditargetkan turun dari 24,4 persen pada 2021 menjadi 14 persen pada 2024 secara nasional. Langkah-langkah penurunan itu juga sudah ditetapkan dalam strategi nasional percepatan penurunan stunting di Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2021.
“Satu caranya ya sering-sering sosialisasi seperti dilakukan Wasiat Sejahtera itu,” kata Pejabat Sementara Humas PT KPI Unit Balikpapan Lifania Riski Nugrahani.
Wasiat Sejahtera 51 bergerilya lawan stunting
Rabu, 27 Desember 2023 15:19 WIB