Samarinda (ANTARA) -
Guru Besar Bidang Pemrosesan Pangan Departemen Teknik Kimia Universitas Diponegoro (Undip) Andri Cahyo Kumoro menyatakan tidak ada kemasan air minum yang 100 persen aman. Termasuk kemasan galon Polikarbonat (PC), maupun PET (Polyethylene Terephthalate) atau galon sekali pakai yang belum tentu bebas dari risiko.
"Setiap jenis plastik memiliki senyawa kimia yang berpotensi bocor ke dalam air minum, terutama jika terpapar suhu tinggi atau sinar matahari," kata Andri melalui keterangan tertulis yang diterima ANTARA Kaltim di Samarinda, Rabu.
Pernyataan tersebut dikeluarkan Andri melihat fenomena industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) sedang dihebohkan dengan isu Bisphenol A (BPA) yang diklaim berbahaya bagi kesehatan.
Menurutnya, BPA adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membuat plastik Polikarbonat (PC), salah satu bahan kemasan air minum yang umum digunakan. Namun, apakah pengganti PC seperti PET (Polyethylene Terephthalate) atau galon sekali pakai benar-benar bebas dari risiko?
“Kalau mau aman itu ya bisa menggunakan bahan organik, degradable dan aman seperti plastik berbasis pati, lipid, rumput laut atau campuran dan turunannya. Tapi itu kan mahal cost-nya, tidak efisien untuk industri,” ujar Andri.
Ia menjelaskan BPA dalam galon PC memang dapat mengganggu hormon reproduksi dan menyebabkan gangguan kesehatan lainnya. Namun, hal itu hanya terjadi jika kadar BPA dalam tubuh melebihi ambang batas yang ditetapkan oleh otoritas kesehatan.
“Di Indonesia, ambang batas BPA dalam air minum adalah 0,6 mg/L. Sedangkan di Amerika Serikat dan Eropa adalah 0,05 mg/L. Jadi, selama kadar BPA dalam air minum masih di bawah ambang batas itu, tidak perlu khawatir,” katanya.
Sementara itu, galon PET atau sekali pakai juga memiliki senyawa kimia yang berbahaya, seperti antimon (Sb), asetaldehida, atau logam berat lainnya. Antimon adalah katalis yang digunakan untuk membuat PET dari bahan baku asam tereftalat (TA) dan etilen glikol (EG).
“Antimon merupakan salah satu pencemar air minum yang utama, yang melebihi tingkat kontaminan maksimum (MCL), yaitu 6 ppb, dalam beberapa kondisi penggunaannya. Paparan antimon dalam jangka pendek dapat menyebabkan efek samping seperti mual, muntah dan diare,” ungkap Andri.
Selain itu, antimon trioksida dianggap bersifat karsinogen yang bisa menyebabkan terjadinya kanker pada sel-sel tubuh. Antimon juga dapat meningkatkan kadar kolesterol dan menurunkan kadar gula darah.
Andri menambahkan bahwa EG dan DEG dalam PET juga dapat memberikan rasa manis pada air minum. Namun, senyawa ini telah terbukti memakan ratusan korban karena dapat merusak ginjal dan hati.
“Berbeda dengan BPA yang belum memiliki kesimpulan utuh dan bukti nyata akan dampaknya kepada manusia. Sementara, galon PC sebagai kemasan air minum sudah dipakai sejak lama. Air minum bukanlah medium yang mudah membuat kemasan larut,” tuturnya.
Sementara itu dosen dan peneliti di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan SEAFAST Center Institut Pertanian Bogor (IPB) Nugraha Edhi Suyatma mengatakan, plastik PC memiliki banyak keunggulan dibandingkan dari PET. Plastik PC lebih fleksibel sehingga lebih tahan dari risiko pecah/retak.
“Plastik PC juga memiliki ketahanan gores dan ketahanan benturan hingga suhu yang lebih baik. Sehingga tahan untuk dicuci dengan suhu panas antara 60-80 derajat celcius dengan penyikatan menggunakan sikat keras,” ucap Nugraha.
Nugraha menyarankan agar konsumen AMDK memilih kemasan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi. Jika ingin menggunakan galon PC, sebaiknya tidak menyimpannya di bawah sinar matahari langsung atau di tempat yang panas. Jika ingin menggunakan galon PET, sebaiknya tidak menggunakannya lebih dari sekali.
“Yang terpenting adalah menjaga kualitas air minum itu sendiri. Pastikan air minum sudah melalui proses pengolahan yang baik dan memenuhi standar kesehatan. Jangan sampai air minum sudah tercemar sejak awal, sehingga tidak ada gunanya memilih kemasan yang aman,” tutupnya.