Samarinda, (ANTARA Kaltim) - Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD) Provinsi Kaltim menggelar outbond di outdoor Hotel Mesra Internasional Samarinda, berbagai permainan diterapkan dalam kegiatan itu yang sebenarnya untuk melatih kecerdasan individu dan kelompok dalam kinerja sehari-hari.
“Permainan ini jika dilihat sepertinya sepele, tetapi sesungguhnya filosofinya sangat besar jika dikaitkan dengan tugas dan tanggung jawab dalam menuntaskan pekerjaan sehari-hari,†ujar Kepala BMPD Kalimantan Timur (Kaltim) Moh Jauhar Efendi ditemui di sela-sela keiukutsertaannya dalam permainan outbond bersama 59 stafnya, Sabtu.
Contohnya kata Jauhar, dalam permainan Pohon, Tupai, dan Penebang. Dalam permainan itu ada orang yang berperan sebagai tupai, ada yang jadi pohon, dan ada yang berperan sebagai penebang.
Teknis permainannya adalah, ketika instruktur mengatakan “tupaiâ€, maka orang yang jadi tupai harus berpindah tempat. Ketika instruktur mengatakan “pohonâ€, maka orang yang jadi pohon pindah tempat yang sudah ditentukan.
Ketika instruktur mengatakan “penebangâ€, maka penebang harus mengambil ancang-ancang untuk menebang dan tupai harus berpindah lokasi, tetapi ketika instruktur mengatakan “kebakaranâ€, maka semua yang terlibat dalam permainan itu harus mengambil formasi yang ditentukan dan tidak boleh berebut tempat dan jangan sampai salah tempat.
Apabila hal ini diimplementasikan dalam pekerjaan sehari-hari, maka filosifinya sangat banyak, di antaranya adalah masing-masing individu harus harus benar-benar memahami perintah tugas, kemudian di saat-saat tertentu dan meragukan, maka bawahan harus menanyakan lagi kepada atasan tentang kejelasan perintah agar tidak terjadi inisiatif yang salah.
Dalam kegiatan itu ada juga permainan menumpah tepung dari dalam gelas plastik yang diikat dengan karet di atas kepala. Posisi gelas diiikat persis di kening. Kemudian gelas yang diisi penuh dengan tepung oleh instruktur kepada orang pertama, harus ditumpah kepada teman-teman dalam satu tim yang terdiri sekitar 10 orang.
Dari orang pertama, tepung ditumpahkan dengan cara orang yang membawa gelas di keningnya, ditumpah kepada orang kedua yang juga gelasnya diletakkan di kening, sehingga ketika menumpahkan, maka posisi orang pertama harus membungkuk agar dapat ditumpahkan.
Kemudian orang kedua atau yang menerima tepung, maka posisinya harus duduk agar tepung yang ditumpahkan orang pertama bisa diterima semaksimal mungkin. Apabila tepung yang ditumpah orang pertama sudah habis, maka orang kedua harus menumpahkan lagi kepada orang ketiga dan seterusnya, sampai semua orang dalam tim itu sudah menerima tepung.
Permainan ini harus jujur, yakni tidak boleh melewatkan satu orang pun dalam satu tim saat menumpah tepung karena instruktur tidak bisa melihat semua, pasalnya dalam permainan itu ada empat tim, sehingga kejujuran sangat diutamakan.
Pemenang permainan ini adalah orang terakhir dari tim yang gelasnya paling banyak bersisi tepung, tentu saja tidak semua tim mampu memindahkan semua tepung dari gelas satu hingga gelas ke sepuluh.
Hal ini tentu tidak mudah karena saat menumpahkan tepung dari orang pertama ke orang kedua saja sudah banyak tepung yang berceceran, bahkan banyak juga yang tertumpah ke rambut, bukan ke gelas yang diikat dikening, apalagi hingga orang ke sembilan yang menumpahkan ke gelas orang ke sepuluh.
Semakin banyak giliran orang menumpahkan, maka semakin banyak tepung yang berkurang karena mata mereka tidak bisa melihat dengan kondidi gelas yang di atas kening, sehingga saat menumpahkan tidak semua tepung pindah ke gelas, namun sebagian tumpah ke kepala. Saat menumpahkan tepung, posisi keduanya hampir mirip banteng yang saling bertandukan.
Permainan tersebut kemudian dimenangkan oleh tim yang di dalamnya ada Kepala BPMPD Kaltim. Dilihat dari sisi waktu, tim ini memang lebih lambat, tetapi dilihat dari perolehan isi tepung dalam gelas, maka tim ini mendapat isi yang terbanyak karena lebih dari setengah gelas, sedangkan tim lainnya kurang dari setengah gelas.
Filosofi dalam permainan tersebut untuk pekerjaan sehari-hari, lanjut Jauhar, saat sebuah tim mendapat tugas dan tanggung untuk menyelesaikan pekerjaan, maka harus melakukan koordinasi dengan baik agar pekerjaannya dapat terlaksana dan mampu meminimalisir kesalahan.
Filosofi lainnya adalah, saat menuntaskan pekerjaan tidak boleh terbutu-buru dan asal selesai karena dengan keterburuan dan dikerjakan secara asal, maka dipastikan akan banyak kekurangan atau kesalahan.
Apabila terjadi kesalahan, maka mau tidak mau pekerjaan tersebut harus diselesaikan mulai dari awal lagi sehingga akan membutuhkan waktu yang lama, perlu tambahan tenaga, dan akan mengorbankan pekerjaan yang lain. (*)
Antara Outbond dan Filosofi Kinerja
Sabtu, 8 Februari 2014 15:52 WIB