Samarinda (ANTARA) - Tim Pengendalian Inflasi Daerah Provinsi Kalimantan Timur (TPID Kaltim) rutin menggelar operasi pasar melalui SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) untuk mengendalikan laju inflasi, terbukti pada April dan Mei 2023 inflasi Kaltim tertahan masing-masing 0,42 dan 0,20 persen.
"Dalam rangka menjamin keterjangkauan harga beras dan komoditas pangan lainnya, TPID Kaltim secara rutin melakukan SPHP di dua kota, yakni Samarinda dan Balikpapan," ujar Wakil Ketua I TPID Provinsi Kaltim Ricky Perdana Gozali di Samarinda, Selasa.
Ricky yang juga Kepala Bank Indonesia Perwakilan Kaltim ini melanjutkan, untuk penguatan koordinasi dengan pusat, TPID Kaltim secara rutin mingguan mengikuti rapat koordinasi nasional pengendalian inflasi dengan Kemendagri, guna mensinergikan program antara TPIP dan TPID.
TPID, lanjut dia, secara aktif melakukan sinergi baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota dalam melakukan berbagai upaya seperti rutin melaksanakan sidak dan monitoring langsung ke lapangan untuk mengecek harga, produksi, dan distribusi kebutuhan bahan pangan, termasuk menjaga ketersediaan pangan.
"Ke depan, TPID Provinsi Kaltim akan selalu berkoordinasi guna menjaga inflasi agar tetap terkendali. Inflasi yang terkendali tentunya dapat menjaga momentum pertumbuhan ekonomi Kaltim menuju masyarakat yang lebih sejahtera," kata Ricky.
Sedangkan untuk inflasi gabungan pada dua kota di Kaltim yang ditetapkan sebagai patokan indeks harga konsumen (IHK), yaitu Samarinda dan Balikpapan, inflasi Kaltim pada Mei 2023 lebih rendah ketimbang bulan sebelumnya.
"Secara bulan ke bulan, lanjutnya, inflasi Kaltim tercatat sebesar 0,20 persen, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 0,42 persen," katanya.
Adapun secara tahunan, inflasi Kaltim pada Mei 2023 tercatat sebesar 4,06 persen, juga lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang sebesar 4,46 persen (yoy).
Berdasarkan kelompok pengeluarannya, andil inflasi terbesar berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang sebesar 1,31 persen, sedangkan kelompok transportasi mengalami deflasi. Peningkatan inflasi kelompok ini bersumber dari kenaikan harga beberapa komoditas pangan seperti ikan layang, bayam, daging ayam ras, dan kacang panjang.