Samarinda (ANTARA) - Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur (BI Kaltim) bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) setempat telah, sedang, dan akan terus berkolaborasi untuk mengendalikan inflasi guna menuju masyarakat yang lebih sejahtera.
"BI Kaltim dan TPID akan terus berkolaborasi dengan banyak pihak dalam menjalankan program pengendalian inflasi melalui strategi 4K yakni ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi rantai pasok, dan komunikasi efektif," kata Kepala BI Kaltim Budi Widihartanto di Samarinda, Sabtu.
Hal ini perlu dilakukan karena inflasi yang terkendali diharapkan dapat menjadi momentum pertumbuhan ekonomi Kaltim menuju masyarakat lebih makmur.
Budi yang juga Wakil Ketua I TPID Kaltim ini melanjutkan, berkat kolaborasi dan strategi 4K yang diterapkan, salah satu hasilnya adalah inflasi Kaltim pada April lalu masih wajar karena ada Ramadan dan Idul Fitri, sehingga jika tidak dikendalikan, inflasi akan makin tinggi.
Peningkatan permintaan bahan pangan dan kenaikan tarif angkutan udara pada momentum Hari Raya Besar Keagamaan (HBKN) Ramadhan dan Idul Fitri mendorong laju Inflasi Kaltim sesuai pola tiap Idul Fitri.
"Pada April 2024, indeks harga konsumen (IHK) gabungan empat kota IHK di Kaltim tercatat sebesar 0,70 persen (mtm) atau sebesar 3,21 persen (yoy)," katanya.
Meskipun mengalami peningkatan dibandingkan sebelumnya, namun inflasi di Kaltim merupakan inflasi mtm terendah ketiga di Pulau Kalimantan. Sedangkan secara kumulatif, inflasi hingga April 2024 tercatat sebesar 1,56 persen (ytd).
Kenaikan harga komoditas hortikultura dan daging ayam ras menjadi penyebab kenaikan inflasi kelompok makanan, minuman dan tembakau, yakni menyumbang inflasi terbesar dengan andil 0,35 persen (mtm) dan tingkat inflasi sebesar 1,18 persen (mtm).
Terbatasnya pasokan tomat dan bawang merah yang disebabkan banjir di sejumlah sentra produksi mendorong kenaikan harga pada periode April.
Di sisi lain, derasnya arus mudik dan arus balik dalam momen Idul Fitri, mendorong tingginya permintaan terhadap tiket pesawat yang memicu inflasi kelompok transportasi sebesar 1,43 persen (mtm) dengan andil 0,19 persen (mtm).
Sebaliknya, terdapat koreksi harga komoditas seperti ikan layang dan sayur-sayuran (kacang panjang, bayam, kangkung) dan cabai rawit, seiring dengan kecukupan pasokan.
Secara aktif, upaya pengendalian inflasi selama Ramadhan dan Idul Fitri terus digalakkan melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
"Sebagai upaya menjaga keterjangkauan harga, TPID provinsi hingga kabupaten/kota secara masif menggelar gerakan pangan murah maupun pasar murah, termasuk sidak pasar," katanya.