Kubar, Kaltim (ANTARA) - Dinas Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah (Disdagkop UKM) Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur memetakan keterampilan pengukir mulai tingkat dasar hingga mahir, dengan salah satu tujuan melestarikan warisan budaya setempat.
"Untuk mempertahankan kearifan lokal tetap terjaga, maka diperlukan upaya pelestarian ukir dalam wujud nyata, baik dari pengukir sendiri maupun melalui kebijakan pemerintah," ujar Sekretaris Disdagkop UKM Kutai Barat Godefridus di Kutai Barat, Senin.
Langkah ini, katanya, penting agar seni ukir berikut aktivitas ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat yang merupakan efek turunannya tetap lestari di kampung-kampung yang tersebar di daerah itu.
Untuk itu, pihaknya memberikan perhatian khusus terhadap perkembangan seni ukir, karena dahulu hampir setiap kampung (desa) memiliki generasi yang terampil mengukir, namun sekarang jumlahnya menipis.
Dia mengakui saat ini memang masih ada beberapa kampung yang melakukan regenerasi dalam seni ukir, di antaranya Kampung Tering Baru, Kecamatan Tering.
"Salah satu langkah yang ditempuh adalah dengan melakukan pemetaan pengukir berdasarkan tingkat keterampilan pengukir. Jadi, tidak hanya jumlah pengukir yang kami data, tetapi lebih spesifik lagi, yakni berdasarkan keahlian yang dimiliki baik keterampilan dasar, terampil, atau tingkat mahir," katanya.
Untuk menjaga eksistensi dan regenerasi pengukir, Disdagkop UKM Kutai Barat sudah melakukan pelatihan mengukir, di antaranya di Kampung Engkuni Pasek pada 2024.
Pihaknya juga akan melakukan hal serupa terhadap pengukir di Kampung Tering Baru yang tentunya dilakukan dengan dibagi kelas, berdasarkan tingkat dasar, terampil, dan mahir, agar keberadaan pengukir tetap terjaga melalui regenerasi.
"Mari pertahankan ciri khas dan motif ukiran di kampung masing-masing karena hal ini merupakan kekayaan yang tak ternilai, sekaligus menjadi identitas warisan budaya leluhur agar mudah dikenal oleh masyarakat luar," katanya.
Keahlian seni ukir, katanya, merupakan warisan untuk generasi muda di tiap-tiap kampung, mengingat seni ukir tidak hanya sebagai sumber penghasilan, tetapi juga kebanggaan budaya yang menjadi warisan turun-temurun dari leluhur.