Samarinda (ANTARA) - Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (DPMD) Provinsi Kaltim turut mencegah stunting melalui kader pembangunan masyarakat (KPM), untuk menurunkan prevalensi stunting daerah ini yang masih di angka 22,8 persen.
"Prevalensi stunting Kaltim saat ini 22,8 persen, secara nasional 24,4 persen, kemudian presiden menargetkan stunting 2024 turun jadi 14 persen, sehingga kami dukung dari sisi pemberdayaan," ujar Kabid Pemberdayaan, Kelembagaan dan Sosial Budaya Masyarakat DPMD Kaltim Noor Fathoni di Samarinda, Rabu.
Melalui KPM di kabupaten/kota, tentu hal ini dapat membantu tugas dan fungsi dinas yang langsung membidangi stunting yakni dinas kesehatan, sementara dinas lain turut mendukung dari sisi fungsi masing-masing seperti dari pihaknya yang membantu dari sisi pemberdayaan.
Ia mengatakan, kecukupan gizi dan kualitas kesehatan bagi ibu dan anak menjadi penentu akan kualitas sumber daya manusia, terutama status gizi dan kesehatan ibu di masa prahamil, sehingga hal ini harus dijaga bukan hanya oleh ibu hamil, tapi juga oleh keluarga dan anggota KPM.
“Saat kehamilan dan saat menyusui merupakan periode kritis bagi anak, karena mulai dari proses yang dikenal dengan 1.000 hari pertama kehidupan ini, asupan gizi anak yang dikandung harus tercukupi agar saat lahir tidak stunting,” katanya.
Periode ini merupakan masa sensitif karena akibat yang ditimbulkan terhadap bayi umumnya bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi, sehingga dampak yang ditimbulkan dalam jangka pendek adalah terganggunya perkembangan dan pertumbuhan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme tubuh.
Sementara untuk dampak jangka panjang akibat kekurangan gizi, terjadinya gagal tumbuh pada bayi seperti stunting (cebol), menurunnya fungsi kognitif atau daya pikir, termasuk rendahnya kekebalan tubuh sehingga rentan terjangkit berbagai jenis penyakit.
Persoalan gizi merupakan masalah kompleks, tidak sekadar karena kurangnya asupan gizi. Di Provinsi Kaltim misalnya, ditemukan bahwa banyak faktor yang menjadi penyebab masalah gizi, seperti faktor tidak langsung adalah ketersediaan dan pola konsumsi rumah tangga, kesehatan lingkungan, serta pola asuh.
"Kondisi inilah yang perlu dipahami oleh anggota KPM, sehingga kami sudah beberapa kali melakukan peningkatan kapasitas untuk anggota KPM dalam penanganan dan pencegahan stunting, termasuk yang sudah digelar di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Senin, dua hari lalu," katanya.
Peningkatan kapasitas tersebut diikuti sebanyak 30 KPM dari 30 desa pada empat kecamatan di Kukar, terutama pada kecamatan yang menjadi sasaran stunting, yakni Kecamatan Tenggarong, Tenggarong Seberang, Loa Kulu, dan Kecamatan Loa Janan.
DPMPD Kaltim cegah stunting melalui kader pembangunan
Rabu, 14 Desember 2022 17:46 WIB
Saat kehamilan dan saat menyusui merupakan periode kritis bagi anak, karena mulai dari proses yang dikenal dengan 1.000 hari pertama kehidupan ini, asupan gizi anak yang dikandung harus tercukupi agar saat lahir tidak stunting,